BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam
proses persalinan biasanya membuat gelisah sampai panik bagi orangtua yang baru
akan menjalani proses tersebut. Hal ini dikarenakan orangtua tersebut belum
berpengalaman dan belum memiliki cukup pengetahuan tentang proses bersalin itu
sendiri. Bukan hanya itu factor yang menyebabkan orangtua panik akan proses
persalinan, ketakutan akan melahirkan itu sendiri juga menjadi factor yang
berperan penting dalam persalinan. Dalam hal inilah, perawat berperan penting
sebagai educator untuk memberikan pengetahuan tentang proses persalinan kepada
pasangan suami istri yang akan menjadi orangtua. Bukan hanya mereka yang
merasakan kepanikan, tetapi orangtua yang telah melahirkan sebelumnya pun bisa
juga panik, karena pengalaman masa lalu yang tidak mengenakkan.
Persalinan
itu sendiri merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan
sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan
dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi
menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap
tahap tersebut.
Dalam
persalinan terjadi perubahan-perubahan fisik di antaranya adalah ibu akan
merasa sakit pinggang, lesu, merasa kurang enak, tidak bias tidur enak, sering
kesulitan bernafas dan perubahan-perubahan psikis diantaranya adalah perasaan
takut sehubungan dengan dirinya sendiri, takut kalau terjadi bahaya atas
dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya.
Ketakutan karena anggapannya sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang
membahayakan.
Persalinan
postmatur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu
lengkap. Postmatur menunjukkan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir
telah melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa
komplikasi. Persalinan postmatur juga bisa menyebabkan ibu dan bayinya
meninggal dunia.
Untuk
itulah penulis mengangkat masalah ini, karena ini juga berkaitan dengan
pengetahuan yang akan diberikan kepada masyarakat umum khususnya ibu-ibu yang
akan melahirkan.
1.2 Rumusan
masalah
- Apa yang dimaksud
dengan konsep persalinana normal ?
- Bagaimana adaptasi fisik dan psikologis
pada ibu selama proses kehamilan ?
- Bagaimana penatalaksanaan nyeri
nonfarmakologis ?
1.3 Tujuan
1. Memahami konsep persalinan normal
2. Mengetahui adaptasi fisik dan
psikologis pada ibu selama proses kehamilan
3. Mengidentifakasi penatalaksanaan
nyeri nonfarmakologis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep
Persalinan Normal
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta ,
dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi
pada proses reproduksi wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan
dimulai (Bobak, 2004).
Persalinan normal adalah persalinan lewat vagina. Pada
persalinan normal, proses persalinan diawali dengan rasa mulas dan keluarnya
lendir bercampur darah dari vagina. Rasa mulas dan nyeri (his) biasanya datang
secara teratur, semakin lama semakin kuat dan semakin nyeri, sampai anak
berhasil dilahirkan. Proses kelahiran anak diikuti oleh kelahiran ari-ari.
Seringkali jalan lahir mengalami robekan (ruptur perineum) dan butuh beberapa
jahitan untuk memperbaikinya. (Paisal, 2007)
2.2 Sebab - Sebab Persalinan
Selama persalinan terdapat kontraksi-kontraksi uterus yang
dikenal sebagai kontraksi Braxton Hicks. Beberapa teori yang dikemukakan ialah:
1)
Penurunan
kadar progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi
otot-otot rahim. Sebaliknya estrogen meninggikan prentanan otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen di dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul
His.
2)
Teori
oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin
bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
3)
Peregangan
otot-otot
Seperti halnya dengan kandung
kencing dan lambung, bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula rahim, maka dwngan
majunya kehamilan makin teregang otot-otot rahim makin rentang.
4)
Pengaruh
janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal
janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus
kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5)
Teori
prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh
decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari
percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara
intravena, intra dan ekstraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap
umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang
tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum
melahirkan atau setelah persalinan.
Tanda
– tanda permulaan persalinan
Sebelum terjadi persalinan
sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya”
atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini
memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Lightening
atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut
kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan
sering-sering atau susah kencing (polakisurya) karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan
sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari
uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
5. Serviks
menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah
(bloody show).
Tanda-tanda
in-partu
1. Rasa
sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar
lender bercampur darah atau show yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil
pada serviks.
3. Kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada
pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan elah ada.
Faktor-faktor
yang berperan dalam persalinan adalah:
1.
Kekuatan mendorong janin keluar (power):
·
His atau kontraksi uterus
·
Kontraksi otot-otot dinding perut,
·
Kontraksi diafragma,
·
Dan ligmentous action terutama lig.
Rotundum.
2.
Factor passanger(janin)
3.
Factor jalan lahir ( passage way)
4.
Psikologi
5.
Penolong
Pada waktu partus akan terjadi
perubahan-perubahan pada uterus, serviks, vagina dan dasar panggul.
Syarat – syarat Persalinan
Suatu
pimpinan persalinan normal dilakukan dengan syarat-syarat:
1. Adanya Penolong
Yang Terampil
a)
Seorang pemberi asuhan yang profesional
b) Memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk:
1)
menatalaksana persalinan, kelahiran dan masa nifas,
2)
dapat mengenali komplikasi-komplikasi,
3)
mendiagnosis, menatalaksana atau merujuk ibu atau bayi ke tingkat asuhan yang
lebih tinggi jika terjadi komplikasi yang memerlukan intervensi di luar
kompetensi pemberi asuhan
c)
Dapat melakukan semua intervensi dasar kebidanan
2. Kesiapan Menghadapi
Persalinan serta Komplikasi Persalinan Bagi Pemberi Asuhan
a) Mendiagnosis dan menatalaksana masalah dan komplikasi
dengan sesuai dan tepat waktu
b) Mengatur rujukan ke tingkat yang lebih tinggi bila
diperlukan
Mekanisme
Persalinan
Proses
persalinan normal terbagi atas empat kala:
Persalinan Kala I
Proses
pembukaan serviks padaprimigravida (wanita yang hamil untuk pertama
kalinya) terdiri dari 2 fase, yaitu a) fase laten berlangsung selama 8 jam
sampai pembukaan 3 cm. His (gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding
uterus yang dimulai dari daerah fundus unteri pada daerah dimana tuba fallopi.)
masih lemah dengan frekuensi his jarang, b) fase aktif terdiri dari 1) fase
akselerasi (2 jam dengan pembukaan 2-3 cm), 2) fase dilatasi (maks 2 jam dengan
pembukaan 4-9 cm), 3) fase deselerasi (2 jam, pembukaan >9 cm sampai
pembukaan lengkap).His tiap 3-4 menit selama 45 detik. Pada multigravida proses
berlangsung lebih cepat.
Penatalaksanaan Persalinan Kala I
Menilai
kondisi ibu meliputi : nilai keadaan umum dan kesadaran ibu, nilai TTV.
Melakukan pemeriksan luar meliputi : lakukan pemeriksaan Leopold I-IV, lakukan
pemeriksaan bunyi jantung janin, tentukan kondisi janin ( janin di dalam atau
diluar rahim, jumlah janin, letak janin, presentasi janin, menilai turunnya
kepala janin, menaksir berat janin) dan tentukan his ( lama kontraksi
(detik), simetri, dominasi fundus, relaksasi optimal, interval (menit), dan
intenitas kontraksi)
Melakukan
pemeriksaan dalam meliputi : lakukan pemeriksaan vulva atau vagina, lakukan
pemeriksaan colok vagina, nilai kondisi janin (presentasi, turunnya presentasi
sesuai bidang Hodge, posisi, molase, kaput suksadeneum, bagain kecil disamping
presentasi, dan anomaly kongenital) dan nilai kondisi panggul dalam
(promontorium, konjugata diagonalis, konjugata vera, linea inominata, tulang sacrum,
dinding samping, spina iskiadika, arcus pubis, cogsigis, panggul patologi,
kesimpulan panggul dalam). Nilai adanya tumor jalan lahir, tentukan imbang
tetopelviks, tetapkan diagnosis in partu dan rencana persalinan.
Pantau
kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin sesuai petunjuk partograf. Hasil
pemeriksaan dimasukkan ke lembar partograf. Bila kemajuan persalinan normal,
lanjutkan pemantauan hingga tercapai kala 2. Bila kemajuan persalinan tidak
normal, tentukan tindakan yang perlu dilakukan atau rujuk ibu ke sarana medis
yang memadai.
Kosongkan
kandung kemih dan rectum.
Pada
kalai ini, ibu tidak diperbolehkan mengejan.
Set
Partus steril yang harus disediakan adalah 2 pasang sarung tangan, 1 gunting
episiotomy, 1 gunting tali pusat, 2 klem tali pusat, 1 pemecah ketuban, 1
benang/ pita tali pusat, 1 kain duk steril, dan kasa steril.
Persalinan Kala II
Setelah
serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap 2-3 menit,
lamanya 60—90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi gelombang
kontraksi sehingga kontraksi simetri dengan dominasi di fundus uteri,
mmempunyai amplitude 40-60 mmHg, berlangsung 60-90 detik dengan jangka waktu
2-4 menit, dan tonus uterus saat relaksasi kurang dri 12 mmHg. Pada
primigravida kala II berlangsung kira-kira 1.5 jam dan pada multigravida 0.5
jam.
Penatalaksanaan persalinan Kala II.
Ibu
dipimpin mengejan saat ibu ingin terus-menerus mengejan, perineum teregang,
anus terbuka, dan tampak bagian mukosa anus, kepala bayi mulai crowning(kepala
bayi tampak di vulva dengan diameter 3-4 cm). Lakukan episiotomy
medialis / medio lateralis bila diperlukan. Episiotomi dilakukan pada primipara
atau multipara bila dinding introitus vagina kaku. Sebelumnya dilakukan
anastesi local infiltrasi di tempai episiotomy menggunakan lidokain 1 % 3-4 ml.
Saat perineum sudah sangat tipis atau diameter pembukaan vulva 4-5 cm
bertepatan dengan his, lakukan episiotomy dengan cara jari 2 dan 3 tangan kiri
dirapatkan, dimasukkan anatar kepala janin dan dinding vagina menghadap ke
penolong. Pegang gunting episiotomy dengan tangan kanan, masukkan secara
terbuka dengan perlindung jari 2 dan 3.
-
Saat
his, ibu diminta menarik nafas dalam dan menutup mulut rapat-rapat, kemudian
mengejan pada perut dengan kekuatan penuh. Lahirkan kepala bayi dengan cara
menahan perineum menggunakan ibu jari dan jari 2-3 tangan kanan yang ditutup
kain duk steril dan menekan kea rah cranial. Tangan kiri menahan defleksi
maksimal kepala bayi dengan suboksiput sebagai hipomoklion, berturut-turut akan
lahir dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu. Bersihkan lendir di mulut dan hidung
bayi.
-
Biarkan
kepala bayi mengadakan putaran paksi luar. Bila perlu, bantu putaran paksi
luar.
-
Bila
ada lilitan tali pusat pada leher bayi :
Tali
pusat kendor : longgarkan dan bebaskan tali pusat dengan bantuan jari penolong
Tali
pusat ketat : jepit tali pusat dengan klem di dua tempat dan tali pusat di
potong di antara dua klem tersebut dengan gunting tali pusat
-
Lahirkan
bahu bayi dengan cara tetap memegang kepala bayi secara biparietal dan menarik
cunam ke belakang untuk melahirkan bahu depan dahulu kemudian kearah dapan
untuk melahirkan bagian belakang
-
Lahirkan
badan bayi dengan tetap memegang kepala bayi secara biparietal, melakukan
tarikan searah legkung panggul sampai lahir seluruh badan bayi. Bila terasa
berat dapat dibantu dengan dorongan ringan pada fundus uteri oleh asisten atau
dengan cara mengait ketiak bayi dan menariknya secara perlahan.
-
Letakkan
bayi pada kain duk steril di atas perut ibu
-
Lakukan
resusitasi bayi baru lahir bila diperlukan dan tentukan nilai APGAR.
-
Sesegera
mungkin lakukan pembersihan mulut atau jalan nafas.
-
Jepit
tali pusat dengan klem Kohler I berjarak 5 cm dari perut bayi, tali pusat
dikosongkan dari darah dengan diurut kea rah plasenta, kemudian dijepit dengan
Klem Kohler II, jarak 1-2 cm dari klem Kohler I kea rah Plasenta. Tali pusat
digunting diantra 2 klem Kohler. Ikat tali pusat dengan benang 2 kali
berlawanan arah. Tali pusat dibalut dengan kasa steril yang dibasahi antiseptic
ringan.
Persalinan Kala III ( kala
pengeluaran plasenta )
Berlangsung
6-15 menit setelah janin dikeluarkan
Penatalaksanaan
persalinan kala III
Setelah
bayi dilahirkan lengkap dan digunting tali pusatnya, pegang kedua kaki bayi dan
bersihkan jalan nafas. Bila bayi belum menangis, rangsanglah supaya menangis,
bila perlu dengan resusitasi. Selanjutnya rawat tali pusat dan sebagainya.
Kemudian kosongkan kandung kemih ibu. Lahirkan plasenta 6-15 menit kemudian.
Jangan tergesa-gesa menarik plasenta untuk melahirkannya bila plasenta belum
lepas. Setelah plasenta lahir, periksa dengan cermat apakah ada selaput ketuban
yang tertinggal atau plasenta yang lepas. Periksa ukuran dan berat plasenta.
Periksa
lagi ke dalam lahir, apakah masih ada perdarahan dan jaringan yang tertinggal.
Periksa juga kontraksi uterus. Bila kontraksi baik akan terlihat fundus uteri
setinggi pusat dank eras seperti batu.
Cara
pelepasan plasenta:
- Secara Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah
dari plasenta dan disini terjadi hematoma retro placentair yang selanjutnya
mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma di atasnya sekarang
jatuh kebawah dan menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang nampang
dalam vulva ialah permukaan foetal, sedangkan hematoma sekarang terdapat dalam
kantong yang terputar balek. Maka pada pelepasan plasenta secara Schultze tidak
ada perdarahan sebelum plasenta lahir atau sekurang-kurangnya terlepas
seluruhnya. Baru setelah plasenta terlepas seluruhnya atau lahir, darah
sekonyong-konyong mengalir.
- Secara Duncan
Pada pelepasan secraa Duncan pelepasa
mulai pada pinggir plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan
dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas
dan terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas. Plasenta lahir dengan
pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasa secra duncan terutama terjadi pada
plasenta letak terendah.
Pentingnya
mengetahui apakah plasenta telah lepas atau belum ialah untuk melahirkan plasenta
dengan komplikasi dengan sekecil-kecilnya. Bila plasenta dipaksa untuk
dilahirkan saat belum terlepas dari dinding uterus, retensio plasenta dapat
terjadi
Persalinan Kala IV ( sampai 1 jam
setelah plasenta keluar )
Kala ini
penting untuk menilai perdarahan ( maksimal 500 ml ) dan baik tidaknya
kontraksi uterus.
Penatalaksanaan persalinan kala IV
Sebelum meninggalkan wanita post
partum, harus diperhatikan beberapa hal yaitu kontraksi uterus harus baik,
tidak ada perdarahan dari vagina atau alat-alat genital lainnya, plasenta dan
selaput ketuban harus sudah lahir lengkap, kandung kemih harus kosong,
luka-luka perineum terawatt dengan baik dan tidak ada hematom, ibu dan bayi
dalam keadaan baik. Keadaan ini harus sudah dicapai dalam waktu 1 jam setelah
plasenta lahir lengkap.
2.4 Mekanisme Persalinan
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian
gerakan untuk melewati panggul “seven cardinal movements of labor”
yang terdiri dari :
1. Engagemen adalah suatu keadaan dimana
diameter biparietal sudah melewati pintu atas panggul. Pada 70% kasus, kepala
masuk pintu atas panggul ibu dengan oksiput melintang.
2. Penurunan adalah gerakan bagian presentasi
melewati panggul. Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan : a ) tekanan dari
cairan amnion, b) tekanan langsung kontraksi fundus pada janin, c) kontraksi
diagfragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
3. Fleksi. Terjadi akibat adanya tahanan
servik, dinding panggul dan otot dasar panggul. Fleksi kepala diperlukan agar
dapat terjadi engagemen dan desensus.
4. Desensus. Multipara : desensus dan engagemen
berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik. Penyebab terjadinya desensus :
Tekanan cairan amnion, tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong,usaha
meneran ibu,gerakan ekstensi tubuh janin
5. Putar Paksi Dalam. Bersama dengan gerakan desensus,
bagian terendah janin mengalami putar paksi dalam pada level setinggi spina
ischiadica (bidang tengah panggul). Kepala berputar dari posisi tranversal
menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah posterior). Putar paksi dalam
berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.
6. Ekstensi. Saat kepala janin mencapai
perineum, kepala akan defleksi kea rah anterior oleh perineum. Mula-mula
oksipiut melewatyi permukaan bawah simpisis pubis kemudian kepala muncul keluar
akibat ekstensi. Pertama-tama oksiput, kemudian wajah, dan akhirnya dagu.
7. Restusi dan Putaran Paksi luar. Restusi adalah perputaran bayi
hingga mencapai posisi yang sama dengan saat dia memasuki pintu atas setelah
kepala lahir. Putaran 450 membuat kepala janin kembali sejajar
dengan punggung dan bahunya. Dengan demikian, kepala dapat terlihat berputar
lebih lanjut.
2.5
Perubahan Fisik Dan Psikologis Ibu Selama Persalinan
Adaptasi
fisik dan psikologis pada ibu selama proses persalinan
Pemahaman yang mendalam tentang
adaptasi ibu selama masa hamil akan membantu perawat mengantisipasi dan
memenuhi kebutuhan wanita selama bersalin. Perubahan lebih lanjut terjadi
seiring kemajuan tahapan persalinan wanita itu. Berbagai sistem tubuh
beradaptasi terhadap proses persalinan, menimbulkan gejala, baik yang bersifat
objektif maupun subjektif.
Adaptasi
fisik
1.
Perubahan
kardiovaskuler.
Pada setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam
sistem vaskular ibu, hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10-15%
pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30-50% pada tahap kedua persalinan.
Akibat kontraksi, aliran darah menurun pada arteri uterus. Maka timbul tahanan
perifer, tekanan darah meningkat dan frekwensi denyut nadi melambat. Terjadi
beberapa perubahan pembuluh darah perifer, kemungkinan sebagai respon terhadap
dilatasi serviks atau kompresi pembuluh darah ibu oleh janin yang melalui jalan
lahir. Pipi menjadi merah, kaki panas atau dingin dan terjadi prolaps hemoroid.
2.
Perubahan
pernapasan. Sistem
pernapasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan
pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekwensi pernapasan.
Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratoric (pH meningkat),
hipoksia dan hipokapnea (CO2 menurun). Pada tahap kedua persalinan, jika wanita
tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengkonsumsi oksigen hampir dua kali
lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.
3.
Perubahan
pada ginjal. Selama
persalinan wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan
akibat berbagai alasan: edema jaringan akibat bagian presentasi, rasa tidak
nyaman, sedasi, dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal. Dan hasil
ini merupakan respon rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama
persalinan.
4.
Perubahan
integument. Adaptasi
sistem integumen jelas terlihat. Khususnya pada gaya distensibilitas daerah
introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada
setiap individu meskipun daerah itu dapat meregang, namun daoat terjadi
robekan-robekan kecil pada kulit sekitar muara vagina.
5.
Perubahan
musculoskeletal. Sistem
muskuloskeletal mengalami stress selama persalinan. Diaforesis, keletihan,
proteinuria (+1) dan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktivitas otot yang
menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin)
terjadi sebagai akibat semakin regangnya sendi pada masa persalinan. Proses
persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan
keram tungkai.
6.
Perubahan
neurologi. Sistem
neurologi menunjukkan bahwa timbul stress dan rasa tidak nyaman selama
persalinan. Endorfin endogen (senyawa mirip morfin yang diproduksi oleh tubuh
scara alami) dapat meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan sedasi. Selain
itu, anestesia fisiologis jaringan perineum menurunkan persepsi nyeri.
7.
Perubahan
pencernaan. Bibir
dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernapas melalui mulut, dehidrasi,
dan sebagai respon emosi terhadap persalinan. Selama persalinan, motilitas dan
absorpsi saluran cerna menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat.
8.
Perubahan
endokrin. Sistem
endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat diakibatkan oleh
pnurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin dan
oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat
proses persalinan.
Adaptasi psikologis
1.
Faktor
psikologis adalah
sikap dan keadaan mental ibu bersalin, dimana banyak reaksi psikis yang timbul
yang biasanya diekspresikan antara lain dengan marah-marah, menjerit-jerit, dan
lain-lain.
2.
Ketakutan. Ketakutan karena sering mendengar
cerita mengerikan dari kerabat atau teman tentang pengalaman saat melahirkan,
ada teman atau kerabat calon ibu saat proses kelahiran mengalami kenyataan yang
tidak diinginkan, seperti sang ibu atau bayi yang dikandung meninggal.
Ketakutan juga saat melihat darah
3.
Kekhawatiran
(kecemasan).
Kontraksi yang lama-kelamaan meningkat menambah beban ibu, sehingga
kekhawatiran pun bertambah. Bila tidak ditangani dengan baik, bisa merusak
konsentrasi ibu sehingga persalinan yang diperkirakan lancar, berantakan akibat
ibu panik. Kekhawatiran yang teramat sangat pun bisa membuat otot-otot,
termasuk otot di jalan lahir, bekerja berlawanan arah, karena dilawan oleh ibu
yang kesakitan. Akibatnya, jalan lahir menyempit dan proses persalinan berjalan
lebih lama dan sangat menyakitkan.
4.
Pengalaman
melahirkan pertama kali
memberikan perasaan yang bercampur baur antara bahagia dan penuh harapan dengan
kekhawatiran tentang apa yang akan dialami semasa persalinan.
·
Menangis,
tidak sabar, tidak percaya diri, sensitive, dan mudah tersinggung.
·
Kegiatan
komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan pada ibu
yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses persalinan.
·
Tujuan
Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologi saat persalinan.
·
Membantu
pasien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selama
persalinan.
·
Membantu
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
·
Membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan
ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
·
Menjalin
hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien.
·
Kehadiran.
Meliputi mengatasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada
klien.
·
Mendengarkan.
Bidan/perawat selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
·
Sentuhan
dalam pendampingan klien yang bersalin.
·
Memberi
informasi tentang kemajuan persalinan.
·
Memandu
persalinan dengan memandu intruksi khusus tentang bernafas, berelaksasi dan
posisi postur tubuh.
·
Mengadakan
kontak fisik dengan klien.
·
Memberikan
pujian.
·
Memberikan
ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan menyatakan ikut
berbahagia.
Cara
mengatasi nyeri kontraksi pada tahapan persalinan
1. Cara mengatasi nyeri kala I yaitu menekan torakal 11-12,
menekan sakral 2, 3 dan 4 dan terapi sentuhan
2. Kala II: Nyeri diakibatkan oleh tekanan kepala janin pada
pelvis, Distensi struktur pelvis dan tekanan pleksus lumbosakralis.Cara
mengatasi nyeri kala II : distraksi, relaksasi dan hipnotik
Hal-hal yang harus diperhatikan pada nyeri kala II: a)
jangan menahan ikut saja mengikuti kontraksi , b) langsung mengedan kearah
bawah, c) selalu mengambil napas dalam untuk mengisi awal dan akhir kontraksi,
d) jangan mengejan terlalu panjang tanpa mengambil napas.Rileks pada saat tidak
ada kontraksi.
3. Cara mengatasi nyeri kala III: Distraksi, Relaksasi, dan
Hipnotik
4. Cara mengatasi nyeri kala IV : Distraksi, Relaksasi,
Perubahan suhu, Terapi air
2.4
Tindakan Pembedahan Pada Persalinan
A.
Amniotomi
Selaput
ketuban dilukai / dirobek dengan menggunakan separuh klem Kocher (ujung bergigi
tajam), steril, dimasukkan ke kanalis servikalis.
Indikasi
amniotomi adalah sebagai berikut : a) jika ketuban belum pecah dan serviks
telah membuka sepenuhnya, b) akselerasi persalinan dan c) persalinan pervaginam
menggunakan instrumen
B.
Epiostomi
Merupakan
insisi perineum untuk memperbesar mulut vagina. Indikasi Epiostomi adalah
a) bayi besar, b) primigravida, c) persalinan cepat, dimana tidak tersedia
cukup waktu untuk peregangan perineum, d) lengkung subpubis sempit dengan pintu
keluar yang sempit, e) malpresentasi janin (mis. Letak muka)
Pendukung
tindakan epiostomi menyatakan bahwa tindakan ini mempunyai manfaat sebagai
berikut :
-
Mencegah
robekan perineum. Karena insisi bersih lebih cepat sembuh daripada robekan yang
tidak teratur
-
Mengurangi
regangan otot penyangga kandung kemih yang terlalu kuat dan
berkepanjangan yang kemudian hari menyebabkan inkontinensia urine atau
prolaps vagina.
2.3
Manajemen Nyeri Persalinan Non Farmakologi
Nyeri
adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari satu pengalaman emosional
yang disertai kerusakan jaringan secara actual/potensial.(Medical Surgical
Nursing).
Nyeri
kontraksi atau nyeri persalinan adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot
rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi rahim menyebabkan kontraksi
pada mulut rahim dan menimbulkan rasa nyeri,dan juga rahim bagian bawah
mengalami dilatasi (peregangan).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi nyeri kontraksi adalah a) intensitas dan lamanya kontraksi
rahim, b) besarnya janin dan keadaan umum pasien, c) pasien dengan primipara
pada usia tua dan pada usia muda, d) besarnya janin atau jalan lahir yang
sempit, dan e) kelelahan dan kurang tidur.
Metode Pengendalian Nyeri Non
Farmakologis
Beberapa
hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi nyeri saat persalinan, yaitu salah
satunya dengan memberikan terapi non farmakologis. Terapi non-farmakologis
yaitu terapi tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai
teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat persalinan
tiba. Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah :
a. Relaksasi. Relaksasi adalah teknik untuk
mencapai kondisi rileks. Maksudnya ketika seluruh sistem saraf, organ tubuh,
dan panca indra kita beristirahat untuk melepaskan ketegangan yang ada. Dengan
menarik nafas dalam-dalam kita mengalirkan oksigen ke darah yang kemudian
dialirkan ke seluruh bagian tubuh. Hasilnya kita menjadi lebih tenang dan
stabil. Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merelaksasikan ketegangan otot yang menunjang nyeri terdiri atas nafas abdomen
dengan frekuensi lambat dan berirama. Pasien memejamkan mata dan bernafas
dengan perlahan-lahan dan nyaman.
b. Psikoanalgesia.
Pada dasarnya cara yang dilakukan
adalah melatih ibu agar mempunyai respon yang positif terhadap persalinan
sehingga nyeri persalinan tidak menimbulkan hal-hal yang mempersulit lahirnya
bayi. Latihan-latihan yang diberikan dapat dengan mengadakan latihan pernapasan
ataupun dengan melakukan konsentrasi pada saat persalinan. Latihan pernapasan
pada persalinan kadang-kadang dapat pula menimbulkan hyperventilasi pada ibu.
c. Hipnosis. Hipnosis merupakan suatu proses
sederhana agar diri kita berada pada kondisi rileks, tenang dan terfokus guna
mencapai suatu hasil atau tujuan.
d. Imajinasi. Imajinasi terbimbing melibatkan
wanita yang menggunakan imajinasi untuk mengontrol dirinya. Hal ini dicapai
dengan menciptakan bayangan yang mengurangi keparahan nyeri.
e. Akupresur. Merupakan salah satu teknik
nonfarmakologi yang paling efektif dalam manajemen nyeri persalinan. Akupresur
disebut juga akupunktur tanpa jarum, atau pijat akupunktur. Teknik ini
menggunakan tenik penekanan, pemijatan, dan pengurutan sepanjang meridian tubuh
atau garis aliran energi. Teknik akupresur ini dapat menurunkan nyeri dan
mengefektifkan waktu persalinan.Akupuntur lasik mendapat dasar teori dari pengobatan
cina tradisional. Konsep pentingnya adalah bahwa kesehatan bergantung pada
keseimbangan antara kekuatan energy yang berlawanan, sehingga sakit-sehat atau
penyakit diakibatkan oleh ketidakseimbangan energi.
f. Masasse. Masasse adalah melakukan tekanan
tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, atau ligamentum, tanpa menyebabkan
gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri ,menghasilkan
relaksasi, dan / atau memperbaiki sirkulasi. Masase adalah terapi nyeri yang
paling primitivedan menggunakan refleks lembut manusia untuk menahan,
menggosok, atau meremas bagian tubuh yang nyeri.
g. Terapi air. Metode ini dilakukan dengan cara
berendam dengan air hangat yang akan menyebabkan vasodilatasi dan otot dimana
tekanan darah akan menurun, mengurangi trauma perineal, emosi membaik,
membebaskan nyeri dan menstimulasi dilatasi servikal.
h. Distraksi. Memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selain pada nyeri merupakan mekanisme yang bertanggung jawab pada
teknik kognitif afektif lainnya. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi
nyeri dengan stimulasi nyeri yang di tranmisikan ke otak, distraksi dapat
berkisar dari hanya pencegahan monoton sampai menggunakan aktivitas fisik dan
mental yang sangat kompleks.
i.
Hipnotik. Hipnotik
dapat mengurangi sensasi nyeri untuk wanita dalam prosess melahirkan caesaria.
Hipnotik fleksibel tidak ada yang tahu efeknya, seperti hipotensi, muntah
respirasi bayi dengan depresi
Penatalaksanaan Nyeri Nonfarmakologi
Metode
Persiapan Melahirkan
1.
Metode
Dick-Read. Rasa
takut, tegang, dan nyeri adalah tiga selubung yang bertentangan dengan aalam.
Apabila ketiganya berjalan beriringan , maka diperlukan tindakan untuk
meringankan ketegangan dan mengatasi rasa takut. Program Dick-Read meliputi
pemberian informasi tentang persalinan dan melahirkan, disamping nutrisi,
higine, dan latihan fisik. Kelas-kelas ini mengajarkan tiga teknik : latihan
fisik untuk membuat tubuh siap saat melahirkan, latihan relaksasi secara sadar,
dan latihan pola nafas.
2.
Metode
Lamaze. Rasa
nyeri merupakan respon bersyarat. Strateginya yaitu dengan memusatkan perhatian
pada titik perhatian lain agar jalur syaraf tidak berespon terhadap stimulus
nyeri.metodenya yaitu dengan mengendalikan relaksasi otot dan pernafasan
sebagai ganti berteriak dan kehilangan kendali. Wanita diajarkan
merelaksasi otot-otot yang tidak terlibat saat ia mengontraksi kelompok otot
tertentu.Pernafasan dada mengangkat diafragma dari rahim yang berkontraksi
sehingga menciptakan lebih banyak ruang bagi rahim untuk berkembang.
3.
Metode
Bradley.
Melahirkan secara alami tanpa analgesia, tapi dengan memakai bantuan suami dan
teknik pernafasan khusus pada saat melahirkan. Bradley menekankan pada
keharmonisan tubuh yakni dengan melakukan control pernafasan, pernafasan perut,
dan relaksasi tubuh.
2.5
Persalinan Postmatur
A.
Defenisi
Persalinan
postpartum adalah persalinan yang terjadi setelah usia kehamilan yang melewati
294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap. Defenisi kehamilan postrem sebagai
kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu atau lebih, sejak awal menstruasi
menganggap bahwa menstruasi terakhir diikuti engan ovulasi 2 minggu kemudian.
Meskipun defenisi ini mungkin benar untuk 10% kehamilan, beberapa kehamilan
mungkin sebenarnya bukan postrem tetapi lebih merupakan akibat kesalahan
penaksiran usia gestasi. Ada kemungkinan terdapat 2 kategori kehamilan yang
mencapai 42 minggu lengkap :
Yang
benar-benar 42 minggu setelah konsepsi
Kehamilan
belum terlalu lanjut, karena bervariasinya waktu ovulasi.
A.
Etiologi
Penyebab
pasti belum diketahui, factor yang dikemukakan adalah
1. Hormonal, yaitu kadar progesterone
tidak cepat turun walaupun kehamilan sudah cukup bulan, sehingga kepekaan
uterus terhadap oksitosin berkurang.
2. Herediter, karena postmaturitas
sering dijumpai pada suatu keluarga tetentu
3. Kadar kortisol pada darah bayi yang
rendah, sehingga di simpulkan kerentanan akan stress dan merupakan factor tidak
timbulnya his.
4. Kurangnya air ketuban
5. Insufisiensi plasenta.
B.
Patofisiologi
Kelahiran
postmatur bisa terjadi pada wanita yang hamil pertama kali. Ibu multipara dan
riwayat wanita yang lahir lewat waktu. Penyebab paling sering yaitu terjadinya
kesalahan dalam hitung dan siklus haid yang tidak teratur. Jika ibu telah
mengalami riwayat kehamilan postmatur untuk pertama kali maka meningkatkan
resiko kehamilan postmatur selanjutnya 2-3 kali.
Plasenta
mencapai puncak fungsinya pada kehamilan 38-42 minggu setelah itu mengalami
penurunan. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar esteriol dan
plasental laktogen. Penuaan plasenta mengakibatkan penurunan pemasokan oksigen
dan nutrisi disamping adanya spasme arteri spiralis sehingga pertumbuhan janin
terhambat. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang 50%. Jumlah air ketuban juga
berkurang, akibatnya adalah perubahan keabnormalan jantung janin. Menjelang
partus terjadi penurunan hormao progesterone, peningkatan oksitosin serta
peningkatan reseptor oksitosin. Tetapi yang paling menentukan adalah terjadi
produksi prostaglandin yang menyebabkan his kuat. Pada postmaturitas
progresteron tidak turun menyebabkan kepekaan uerus terhadap oksitosin menurun.
Nwosu
dan kawan-kawan menemukan perbedaan dalam rendahnya kadar kortisol pada darah
bayi yang dapat menyebabkan stress sebagai factor tidak timbulnya his.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Persalinan
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
( 37-42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janinnya.
Persalinan
dibagi dalam empat kala yaitu kala 1 ( dimulai dari saat persalinan mulai
sampai pembukaan lengkap ), kala 2 ( dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi
lahir ), kala 3 ( dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta ) dan
kala 4 ( dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum
Ada
dua adaptasi ibu selama persalinan yaitu adaptasi fisk dan adaptasi psikologi
Postmatur
menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah melampauhi batas
waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Belum ada
penyebab pasti terjadinya postmatur ini dan sebagian besar bisa diselesaikan
dengan persalinan induksi maupun seksio sesaria dan bidan tidak berwenang
menolong persalinan dengan kehamilan postmatur kecuali bidan di rumah sakit
dengan kolaborasi dengan dokter.
B. Saran
- Sebaiknya
persalinan dengan postmatur dilakukan di rumah sakit atas kolaborasi dengan
dokter
-
Kehamilan
postmatur harus secepatnya dideteksi untuk menghindari komplikasi terutama pada
janin
-
Bidan
sebaiknya dapat mendeteksi kehamilan postmatur untuk menghindari komplikasi dan
mengambil tindakan yang tepat untuk menanganinya.
Bobak,
dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Cunningham,
Gery, dkk. 2005. Obstetri Williams ed.21. Jakarta : EGC
McCloskey and Bulechek. 1996. Nursing Intervention Classification. Unived State of
Prawirohardjo, Sarwono. 1991. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Tucker, Susan Martin,dkk. 1998. Standar Keperawatan Pasien. Jakarta: EGC
http://default.tabloidnova.com/article.phpname=/persalinan-normal-tanpa-nyeri2&channel=
kesehatanFwanita
(Diakses pada 16 Desember 2014)