MAKALAH
ANATOMI
DAN FISIOLOGI
Sistem
Pencernaan
Disusun
oleh :
1.
Yustiana
Oktavia ( P27824414006 )
2.
Nur
Afni Auliya ( P27824414011 )
3.
Ade
Irma Auriani ( P27824414013 )
4.
Rifdatul
Ula (
P27824414038 )
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN
KEBIDANAN
PROGRAM
STUDI D4 KEBIDANAN SUTOMO
SURABAYA
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas
kehadiran Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridha-Nya kami masih di beri
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Terima kasih tak lupa kami ucapkan
pada semua pihak yang ikut serta mendukung atas pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan juga jauh dari sempurna, oleh
sebab itu penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga
dengan terselesainya makalah ini dapat memberikan ilmu, informasi, pengetahuan,
dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk mengembankan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua. Amin.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Fungsi pencernaan dan penyerapan system
gastrointestinal bergantung pada berbagai mekanisme yang melunakkan makanan,
mendorongnya di sepanjang saluran cerna, dan mencampurnya dengan empedu hati
yang disimpan di kandung empedu dan enzim pencernaan yang disekresioleh
kelenjar saliva dan pankreas. Beberapa mekanisme ini bergantung pada sifat
intrinsikotot polos usus. Mekanisme lainnya melibatkan kerja reflex, termasuk
kerja neuron intrinsic usus, berbagai reflek SSP, efek parakrin messenger
kimiawi, dan hormone saluran ceerna. Berbagai hormone tersebut merupakan zat
umoral yang disekresi oleh sel-sel di mukosa dan diangkut ke dalam sirkulasi
untuk memengaruhi fungsi usus, pankreas, dan kandung empedu. Hormone tersebut
juga bekerja dengan cara parakrin.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan sistem pencernaan ?
2. Bagaimana
fungsi umum sistem pencernaan ?
3. Bagaimana
struktur sistem pencernaan dari mulut sampai anus ?
4. Bagaimana
pengaturan sistem pencernaan ?
5. Apa
saja organ aksesori sistem pencernaan ?
1.3 Tujuan
Agar
mahasiswa dapat menjelaskan apa itu sistem pencernaan, fungsi umum sistem
pencernaan, struktur sitem pencernaan dari mulut sampai anus, pengaturan sistem
pencernaan, serta mengerti organ aksesori yang berhubungan dengan sistem
pencernaan.
BAB 2
PEMBAHASAN
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan
(alimentar) yaitu tuba muscular panjang yang merentang dari mulut sampai anus,
dan organ-organ asesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar ludah (saliva), hati,
kantung empedu, dan pankreas. Saluran pencernaan yang terletak di bawah area
diafragma disebut saluran gastrointestinal (GI).
A. Fungsi
system pencernaan. Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan makanan,
air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrien yang dicerna sehingga siap
diabsorbsi. Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi
proses-proses sebagai berikut :
1. Ingesti
adalah masuknya makanan ke dalam tubuh.
2. Pemotongan
dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. makanan kemudian
bercampur dengan saliva sebelum ditelan.
3. Peristalsis
adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan
tertelan melalui saluran pencernaan.
4. Digesti
adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga
absorbsi dapat berlangsung.
5. Absorbsi
adalah pergerakkan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke
dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
6. Egesti
(defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna juga
bakteri dalam bentuk feses dari saluran
pencernaan.
B. Gambaran
garis besar saluran pencernaan
1. Dinding
saluran tersusun dari lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke arah
luar. Komponen lapisan pada setiap regia bervariasi sesuai fungsi regia.
a. Mukosa
(membran mukosa) tersusun atas tiga lapisan :
1) Epitelium
yang melapisi berfungsi untuk perlindungan, sekresi. dan absorbsi. di bagian
ujung oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari epitelium skuamosa
bertingkat tidak terkeranisasi untuk perlindungan. lapisan ini terdiri dari
epitelium kolumnar simpel dengan sel goblet di area tersebut yang dikhususkan
untuk sekresi dan absorbsi.
2) Lamina
propia adalah jaringan ikat areolar yang menopang epitelium. lamina ini
mengandung pembuluh darah, limfatik, nodulus limfe, dan beberapa jenis
kelenjar.
3) Muscularis
mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot polos
longitudinal luar.
b. Submukosa
terdiri dari jaringan areolar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh
limfatik, beberapa kelenjar submukosa dan pleksus serabut saraf, serta sel-sel
ganglion yang disebut pleksus Meissner (pleksus submukosa). Submukosa mengikat
mukosa ke muskularis eksterna.
c. Muscularis
eksterna tersiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu
lapisan longitudinal luar. Kontraksi lapisan sirkular mengontriksi lumen
saluran dan kontraksi lapisan longitudinal memperpendek dan melebar lumen
saluran. Kontraksi ini mengakibatkan gelombang periataltis yang mengerakkan isi
saluran ke arah depan.
1. Muskularis
eksterna terdiri dari otot rangka di mulut, faring, dan esofagus atas, serta
otot polos pada saluran selanjutnya.
2. Pleksus
auerbach (pleksus mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan serbut
ganglion parasimpatis, terletak di antara lapisan otot sirkular dalam dan
longitudinal luar.
d. Serosa
(adventisia), lapisan keempat dan yang paling luar juga disebut peritoneum
visceral. Lapisan ini terdiri dari membrane serosa jaringan ikat renggang yang
dilapisi epithelium skuamosa simple. Dibawah area diafragma dan dalam lokasi
tempat epithelium skuamosa menghilang dan jaringan ikat bersatu dengan jaringan
ikat di sekitarnya, area tersebut disebut adventisia.
2. pertonium,
mesenterium dan omentum abdominopelvis adalah membrane serosa dalam tubuh.
a. peritonium parietal melapisi rongga
abdominopelvis.
b. peritoneum visceral membungkus organ
dan terhubungkan ke peritoneum parietal oleh berbagai lipatan.
c. rongga perinonial adalah rongga
potensial antara visceral dan peritoneum parietal.
d. mesenterium dan
omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis ganda yang merefleks balik
dari peritoneum gliseral. Lipatan ini berfungsi untuk mengikat organ-organ
abdominal satu sama lain dan melabuhkannya ke dinding abdominal belakang.
Pembuluh darah, limfatik, dan saraf terletak dalam lipatan peritoneal.
1. omentum besar adalah lipatan ganda berukuran besar yang
meleka pada duodenum, lambung, dan usus besar. Lipatan ini tergantung seperti
celemek diatas usus.
2. Omentum kecil menopang lambung dan duodenum sehingga terpisah
dari hati.
3. mesokolon melekatkan kolon ke dinding abdominal belakang.
4. ligament falsiformis melekatkan hati ke dinding abdominal
depan dan diafragma.
e. organ yang tidak
terbungkus peritoneum,tetapi hanya tertutup olehnya disebut retroperitoneal (
di belakang peritoneum). Yang termasuk retropertoneal antara lain pancreas,
duodenum, ginjal, rectum, kandung kemih, dan beberapa rgan reproduksi
perempuan.
C. Kendali saraf pada saluran pencernaan. SSO
menginrvasi keseluruhan saluran pencernaan, keculi ujung atas dan ujung bawah
yang dikendalikan secara volunteer.
1. Impuls parasimpatis yang dihantarkan
dalam saraf vagus (CN X), mengeluarkan efek stimulasi konstan pada tonus otot
polos dan bertanggung jawab untuk peningkatan keseluruhan aktivitas. Efek ini
meliputi motilitas dan sekresi cairan pencernaan.
2. Impuls simpatis yang dibawa medulla
spinalis dalam saraf splanknik, menghambat kontraksi otot polos saluran,
mengurangi motalitas dan menghambat sekresi cairan pencernaan.
3. Pleksus Meissner dan Auerbach merupakan
sisi sinaps untuk serabut praganklionik parasimpatis. Pleksus ini juga
berfungsi untuk pengaturan kontraktil lokaldan aktivitas sekertori saluran.
1.
MULUT
( CAVUM ORIS )
Mulut
adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan dan berisi organ
pencernaan. Terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibula, yaitu ruang di antara gusi
serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang
dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maksilaris dan semua gigi , dan di sebelah
belakang bersambung dengan awal faring. Atap mulut dibentuk oleh palatum, lidah
terletak di lantainya dan terikat pada tulang hioid. Di garis tengah sebuah
lipatan membran mukosa (frenulum linguas) menyambung lidah dengan lantai mulut.
Di kedua sisi terletak papilasublingualis,
yang memuat lubang kelenjar ludah submandibularis. Sedikit eksternal dari
papila ini terletak lipatan sublingualis,
tempat lubang-lubang halus kelenjar ludah sublingualis bermuara. Dan ada
kelenjar parotis yang terletak agak ke bawah dan di depan telingadan membuka
melalui duktus parotis menuju suatu elevasi kecil (papila) yang terletak
berhadapan dengan gigi molar kedua pada kedua sisi.
Selaput lendir mulut
ditutupi epitelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar
halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan pembuluh darah dan
juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.
1. Bibir terdiri
atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut. Di sebelah luar ditutupi
kulit yang mengandung folikel rambut, disebelah dalam ditutupi selaput lendir
(mukosa), dan area transisional memiliki epidermis transparan, bagian ini
tampak merah karena dilewati oleh banyak kapiler yang dapat dilihat. Otot
orbikularis oris menutup bibir; levator anguli oris mengangkat, dan depresor
anguli menekan ujung mulut. Tempat bibir atas dan bawah bertemu membentuk sudut
mulut.
2. Palatum
(langit-langit) terdiri atas dua bagian, yaitu palatum keras yang tersusun atas
tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris, dan lebih ke belakang
terdiri atas dua tulang palatum. Di belakang ini terletak palatum lunak, yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak dan yang terdiri atas
jaringan fibrus dan selaput lendir. Gerakannya dikendalikan ototnya sendiri.
Ditengah palatum lunak menggantung ke luar sebuah prosesus berbentuk kerucut,
yaitu uvula. Dari sini tiang-tiang lengkungan (fauses) melengkung ke bawah, ke
samping kiri dan kanan, dan di antara tiang-tiang ini terdapat lipatan rangkap
otot dan selaput lendir yang di sebelah kanan dan kiri memuat tonsil.
3. Pipi membentuk
sisi berdaging pada wajah dan menyambung dengan bibir mulai pada lipatan
nasolabial, berjalan dari sisi hidung ke sudut mulut. Pipi dilapisi dari dalam
oleh mukosa yang mengandung papila-papila. Otot yang terdapat pada pipi ialah
otot buksinator.
4. Gigi-geligi
dan pengunyahan. Gigi berfungsi dalam proses mastikasi. Terdapat dua kelompok
gigi, yaitu gigi sementara atau gigi sulung dan gigi tetap. Terdapat dua puluh
gigi sulung, sepuluh pada setiap rahang. Dari tengah kedua sisi berturut-turut
dinamai: dua insisivus atau gigi seri, satu kanina atau gigi taring, dan dua
molar atau geraham. Gigi tetap lebih banyak yaitu tiga puluh dua, enam belas
pada setiap rahang. Dari tengah ke samping berturut-turut disebut: dua
insisivus, satu taring, dua premolar ( geraham depan), dan tiga molar ( geraham
belakang).
Umumnya pada seorang bayi gigi pertamanya
muncul pada umur enam bulan. Insisivus tengah pada rahang bawah yang pertama
keluar, kemudian insisivus lateral. Molar pertama keluar pada kira-kira umur
dua belas sampai lima belas bulan, gigi taring pada delapan belas bulan, dan
akhirnya pada dua puluh bulan molar lainnya.
Seorang anak berumur dua belas bulan biasanya telah memiliki
delapan gigi, dua insisivus tengah dan dua yang lateral pada kedua rahang. Pada
umur dua tahun si anak telah memiliki gigi sulung yang lengkap. Pada umumnya
gigi pada rahang bawah lebih dahulu
keluar daripada gigi pasangannya pada rahang atas.
Gigi
tetap mulai menggantikan yang sementara pada kira-kira umur enam tahun. Yang
pertama-tama keluar ialah sebuah molar di belakang gigi-gigi sementara di
setiap sisi, kemudian pada umur tujuh sampai delapan tahun keluar gigi
insisivus, pada umur sembilan sampai sepuluh tahun geraham premolar, dan umur
sebelas tahun gigi taring, pada kira-kira dua belas tahun geraham molar kedua
dan terakhir geraham bungsu.
Sebuah
gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gigi,
lehernya dikelilingi gusi(gingiva), dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat
dari bahan yang sangat keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat
ronggapulpa. Pulpa gigi berisi sel
jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Bagian gigi yang menjulang di
atas ditutupi email, yang jauh lebih keras daripada dentin.
Proses mengunyah.
Gigi sudah dirancang dengan sangat tepat untuk mengunyah, gigi anterior
(insisivus) menyediakan kerja memotong yang kuat dan gigi posterior (molar),
kerja menggiling. Semua otot rahang bawah yang bekerja bersama-sama dapat
mengatupkan gigi dengan kekuatan sebesar 55 pound pada incisivus dan 200 pound
pada molar.
Pada
umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial
kelima, dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak akan
menimbulkan pergerakan mengunyah yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area
di hipotalamus, amigdala, dan bahkan di korteks serebri dekat area sensoris
untuk pengecapan dan penghidu seringkali dapat menimbulkan gerakan mengunyah.
Kebanyakan
proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut: Adanya bolus makanan di dalam mulut pada awalnya menimbulkan
penghambat refleks otot untuk mengunyah, yang menyebabkan rahang bawah turun ke
bawah. Penurunan ini kemudian menimbulkan refleks regang pada otot-otot rahang
bawah yang menimbulkan kontraksi rebound. Keadaan ini secara otomatis
mengangkat rahang bawah yang menimbulkan pengatupan gigi, tetapi juga menekan
bolus melawan dinding mulut, yang menghambat otot rahang bawah sekali lagi,
menyebabkan rahang bawah turun dan kembali rebound pada saat yang lain, dan ini
terjadi terulang-ulang.
Mengunyah
bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, tetapi terutama sekali untuk
sebagian besar buah dan sayur-sayuran mentah karena zat-zat ini mampunyai
membran selulosa yang tidak mudah dicerna. Membran ini melingkupi bagian-bagian
zat nutrisi sehingga harus diuraikan sebelum makanan dapat dicerna. Selain itu,
mengunyah akan membantu pencernaan makanan untuk alasan sederhana berikut:
enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan; karena
itu, kecepatan pencernaan seluruhnya bergantung pada total area permukaan yang
terpapar dengan sekresi pencernaan. Selain itu, menggiling makanan hingga
traktus gastrointestinal dan meningkatkan kemudahan pengosongan makanan dari
lambung ke dalam usus halus, kemudian ke semua segmen usus berikutnya.
Menelan. Menelan
dilakukan setelah mengunyah, dan dapat dilukiskan dalam tiga tahap. Gerakan
membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipi, dan
melalui bagian belakang mulut masuk ke dalam faring.
Setelah
makanan masuk faring, palatum lunak naik untuk menutup nares posterior, glotis
menutup oleh kontraksi otot-ototnya, dan otot konstriktor faring menangkap
makanan dan mendorongnya masuk esofagus. Pada saat ini pernapasan berhenti,
kalau tidak maka akan tersedak. Orang
tak dapat menelan dan bernapas pada saat yang sama. Gerakan menelan pada bagian
ini merupakan gerakan refleks.
Makanan berjalan dalam esofagus karena kerja peristaltik,
lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan
berkontraksi. Maka gelombang peristaltik menghantarkan bola maknan ke lambung.
Tahap kedua dan ketiga pada gerakan menelan terkadi tidak atas
kemauan sendiri, sedangkan tahap pertama, meskipun atas menjadi partikel-partikel
dengan konsistensi sangat halus akan mencegah ekskoriasi kemauan sendiri,
sebagian besar berjalan otomatis.
Esofagus dapat terserang kardio-spasme atau akalasia,
disebabkan kegagalan fungsi motorik yang berupa hilangnya gerakan peristaltik
di bagian bawah usofagus dan kegagalan sfinkter kardiak untuk mengendor. Gejala
utama ialah disfagia (kesukaran menelan) dan regurgitasi.
Pengobatan konservatif yang berupa dengan perlahan-lahan makan
makanan yang mudah ditelan ada kalanya menolong. Atau usaha untuk membuka
sfinkter kardiak bila perlu dapat dilaksanakan. Kalau cara ini gagal maka perlu
dipertimbangkan tindakan pembedahan.
Kesehatan gigi
harus ditekankan. Anak-anak sejak kecil sudah dapat belajar menggosok gigi
mereka dalam gerakan naik-turun, sisi dalam dan luar, sesudah makan dan sebelum
pergi tidur. Jajan dan gula-gula jangan dimakan si antara waktu makan, atau
menjelang tidur. Hal ini merupakan sumber penyakit gigi yang lazim.
Pertumbuhan
gigi, baik yang sementara maupun yang tetap, harus di awasi. Kunjungan teratur
pada dokter gigi. Kalau dapat setiap bualan, atau sedikit-dikitnya 4 sampai 6
bulan. Tidak adanya rasa sakit bukan berarti tidak ada penyakit atau karies
gigi. Pada masa remaja kunjungan ke dokter gigi boleh dikurangi. Kemudian pada
umur dewasa junjungan boleh lebih jarang, tetapi sebaiknya tetap teratur.
5. Lidah
Pada hakikatnya lidah mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan indra khusus pengecap. Lidah sebagian besar terdiri
atas dua kelompok otot. Otot intrinsik, lidah melakukan semua gerakan halus,
sementara otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta
,elaksanakan gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan
menelan. Lidah mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi,
dan akhirnya mendorongnya masuk faring.
Lidah terletak pada dasar mulut, sementara
pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta
pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum merupakan
permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Bila lidah digulung ke belakang,
tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur
ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar mulut. Bagian
anterior lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, ujung lidah meruncing, dan
bila terletak tenang di dasar mulut, ujung lidah berbentuk bulat. Selaput
lendir (membran mukosa) lidah selalu lembab, dan pada waktu sehat berwarna
merah jambu. Permukaan atasnya seperti beledu dan ditutupi papil-papil, yang
terdiri atas tiga jenis.
Papila
sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah
jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah. Papila sirkumvalata adalah
jenis papila terbesar, dan masing-masing dikelilingi semacam lekukan seperti
parit. Papila ini tersusun berjajar membentuk huruf V pada bagian belakang
lidah.
Papila
fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk
jamur.Papila fliformis adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan
lidah. Organ-ujung untuk pengecapan adalah puting-puting pengecap.
Ada
empat macam rasa kecapan: manis, pahit, asam, dan asin. Kebanyakan makanan
memiliki ciri harum dan cita rasa, tetapi ciri-ciri itu merangsang ujung saraf
penciuman, dan bukan ujung saraf pengecapan. Supaya dapat dirasakan, semua
makanan harus menjadi cairan, serta harus sungguh-sungguh bersentuhan dengan
ujung saraf yang mampu menerima rangsangan berbeda-beda. Puting pengecap yang
berbeda-beda menimbulkan kesan rasa yang berbeda-beda juga.
6. Kelenjar Ludah( Saliva)
Kelenjar ludah adalah kelenjar majemuk bertandan, yang berarti
terdiri atas gabungan kelompok alveoli bentuk kantong dan yang membentuk
lubang-lubang kecil. Saluran-saluran dari setiap alveolus bersatu membentuk saluran
yang lebih besar dan yang menghantar sekretnya ke saluran utama dan melalui ini
sekret dituangkan ke dalam mulut.
Kelenjar ludah yang utama ialah kelenjar parotis,
submandibularis dan sublingualis.
Kelenjar parotis
ialah yang terbesar. Satu di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan dan
terletak dekat di depan agak ke bawah telinga. Sekretnya dituangkan ke dalam
mulut melalui saluran parotis atau saluran Stensen, yang bermuara di pipi
sebelah dalam, berhadapan dengan geraham (molar) kedua atas. Ada dua struktur
penting yang melintasi kelenjar parotis, yaitu arteri karotis eksterna dan
saraf kranal ketujuh (saraf fasialis).
Kelenjar submandibularis
nomor dua besarnya sesudah kelenjar parotis. Terletak di bawah kedua sisi
tulang rahang, dan berukuran kira-kira sebesar buah kenari. Sekretnya
dituangkan ke dalam mulut melalui saluran submandibularis atau saluran Wharton,
yang bermuara di dasar mulut, dekat frenulum linguage.
Kelenjar sublingualis
adalah yang terkecil. Letaknya di bawah lidah kanan dan kiri frenulum linguage
dan menuangkan sekretnya ke dalam dasar mulut melalui beberapa muara kecil.
Fungsi
kelenjar ludah ialah mengeluarkan saliva, yang merupakan cairan pertama yang
mencernakan makanan. Deras aliran saliva dirangsang oleh :
1.
Adanya makanan dalam
mulut
2.
Melihat, membaui, dan
memikirkan makanan
2.
FARING
Faring
atau tekak terletak di belakang hidung, mulut, dan laring (tenggorokan). Faring
berupa slauran berbentuk kerucut dari bahan membran berotot (muskulo
membranosa) dengan bagian terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar
tengkorak sampai di ketinggian vertebrata servikal keenam, yaitu ketinggian
tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan esofagus. Pada ketinggian
ini laring juga bersambung dengan trakea (batang tenggorok). Panjang faring
kira-kira tujuh sentimeter dan dibagi atas tiga bagian :
a. Nasofaring,
di belakang hidung. Di dinding pada daerah ini terdapat lubang saluran Eustakhius. Kelenjar-kelenjar adenoid terdapat pada nesofaring.
b. Faring
oralis, terletak dibelakang mulut. Kedua tonsil ada di dinding lateral daerah
faring.
c. Faring
laringeal ialah bagian terendah yang terletak di belakang laring.
Di dalam faring terdapat tujuh lubang-dua dari saluran
Eustakhius, dua bagian posterior lubang hidung (nares) yang berada di belakang
rongga hidung, mulut, laring, dan esofagus.
Struktur
faring. Dinding faring tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa,
lapisan fibrosa, dan lapisan berotot. Lapisan mukosa yang terletak paling
dalam, bersambung dengan lapisan dalam hidung, mulut, saluran Eustakhius.
Lapisan dalam pada bagian atas faring ialah epitelium saluran pernapasan dan
bersambung dengan epitelium hidung. Bagian bawah faring yang bersambung dengan
mulut dilapisi epitelium berlapis.
Lapisan fibrosanya terletak
antara lapisan mukosa dan lapisan berotot. Otot utama pada faring ialah
otot konstriktor, yang berkontraksi sewaktu makanan masuk ke faring dan
mendorongnya ke dalam esofagus.
Kedua tonsil
merupakan dua kumpulan jaringan limfosit yang terletak di kanan dan kiri faring
di antara tiang-tiang lengkung fauses. Tonsil dijelajahi pembuluh darah dan
pembuluh limfe dan mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi
membran mukosa yang bersambung dengan bagian bawah faring. Permukaan ini penuh
dengan lekukan, dan ke dalam lekukan yang banyak ini sejumlah besar kelenjar
penghasil mukus menuangkan sekresinya. Mukus ini mengandung banyak limfosit.
Dengan demikian tonsil bekerja sebagai garis depan pertahanan dalam infeksi
yang tersebar dari hidung, mulut, dan tenggorok. Meskipun demikian tonsil bisa
gagal menahan infeksi, yaitu ketika terjadi tonsilitis (peradangan tonsil) atau
sebuah abses peritonsiler. Setelah pengobatan dengan antibiotika dan pengobatan
lokal, tonsilektomi dapat dipertimbangkan. Tetapi dewasa ini hal itu kurang
dijalankan daripada dulu.
Selaput
lendir faring yang dekat lubang posterior nares dan lubang saluran (tuba)
Eustakhius juga mengandung jaringan limfoid yang serupa dengan jaringan tonsil.
Bila menjadi hipertrofik, jaringan ini dapat menyumbat nares posterior dan
terjadilah keadaan yang disebut sebagai pembesaran adenoid.
3.
ESOFAGUS
Merupakan saluran yang berfungsi
menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung dalam hal ini adalah
meneruskan makanan. Pada ujung saluran esofagus setelah mulut terdapat daerah
yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur
makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Agar makanan dapat berjalan
sepanjang esofagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat
berjalan menuju lambung
Di pangkal leher, terdapat dua
saluran, yaitu batang tenggorokan dan kerongkongan. Batang tenggorokan
merupakan saluran pernapasan, sedangkan kerongkongan merupakan saluran
penghubung antara rongga mulut dan lambung. Kedua saluran ini dipisahkan oleh
sebuah katup. Katup akan menutup ketika sedang makan, dan akan terbuka ketika
sedang bernapas. Itu sebabnya dianjurkan untuk tidak berbicara ketika sedang
makan sebab dapat menimbulkan tersedak.
Panjang kerongkongan kira-kira 20 cm
dan berdiameter 1 inchi. Kerongkongan terdiri atas otot yang lentur. Makanan
yang berada di dalam kerongkongan akan didorong oleh dinding kerongkongan
menuju lambung. Gerakan seperti ini disebut gerak peristaltik. Gerak
peristaltik dilakukan oleh otot dinding kerongkongan.
Menelan
Menelan (deglutition) adalah suatu respon reflek yang
dicetuskan oleh impuls aferen di nervus trigeminus, glosofaringeous, dan vagus.
Impuls-impuls ini terintegrasin di nukleus
traktus solitaries dan nucleus ambigus. Serabut-serabut eferen berjalan
ke otot faring dan lidah melalui nervus trigeminus, fasialis dan hipoglassus.
Menelan diawali dengan kerja volunteer, yakni mengumpulkan isi mulut di lidah
dan mendorongnya ke belakang menuju faring. Hal ini mencetuskan serangkaian
gelombang kontraksi involunter pada otot faring yang mendorong makanan ke dalam
esophagus. Inhibisi pernapasan dan penutupan glotis merupakan bagian dari respon reflek ini.
Terjadi suatu kontraksi nperistaltik berbentuk cincin dari otot esophagus di
belakang makanan, yang kemudian menyapu makanan menuruni esofagus dengan
kecepatan 4 cm/ detik. Jika manusia berada pada posisi tegak, cairan dan
makanan setengah padat umumnya jatuh oleh gaya tarik bumi ke esofagus bawah,
yang mendahului gelombang peristaltic
Sfingter
esofagus bawah
Tidak
seperti bagian esofagus lain, otot pada perbatasan lambung dan esophagus (SEB)
bersifat tonik aktif tetapi melemah sewaktu menelan. Aktifitas tonik SEB antara
waktu makan refluks isi lambung kedalam esophagus. SEB terdiri atas 3 komponen.
Otot polos esophagus lebih menonjol diperbatasan dengan lambung (sfingter
intrinsic). Serabut dari bagian crus diafragma, berupa otot rangka,
mengelilingi esophagus dibagian ini ( sfingter ekstrinsik) dan menimbulkan efek
yang menyerupai penjepit selang esophagus. Selain itu serat oblik dinding
lambung membentuk suatu katup flap yang membantu menutup perbatasan
esophagus-lambung dan mencegah regurgitasi apabila tekanan intragastrik
meningkat.
Tonus
SEB berada dibawah kendali saraf. Pengeluaran asetil kolin dari ujung nervus
vagus meyebabkan sfingter intrinsik berkontraksi, dan pengeluaran NO dan VIP
dari interneuron yang dipersarafi oleh serabut vagus yang lain menyebabkan
sfingter tersebut melemah. Kontraksi bagian crus diafragma, yang dipersarafi
oleh nervus phrenicus, dikoordinasikan dengan pernapasan dan kontraksi otot
dada dan perut. Jadi, sfingter intrinsic dan ekstrinsik bekerja sama sehingga
makanan mengalir dengan baik ke lambung dan tidak terjadi refluks isi lambung ke dalam
esophagus.
Akalasia adalah
suatu keadaan yang menyebabkan akumulasi makanan di esophagus dan pelebaran
organ tersebut. Kelainan ini disebabkan oleh peningkatan tonus SEB dan
relaksasi sfingter yang tidak sempurna saat menelen. Ada kelainan ini, pleksus
mienterikus esophagus di SEB berkurang, dan peleasan NO dan VIP menjadi
terganggu. Kelainan ini dapat ditangani dengan dilatasi pneumatic sfingter atau
insisi otot esophagus (miotomi). Inhibisi pelepasan asetil kolin oleh
penyuntikan toksin botulinum kedalam SEB juga efektif dan menghasilkan
perbaikan yang menetap beberapa bulan.
4. LAMBUNG
Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan
terletak diantara ujung esofagus dan pangkal usus halus. Terletak dikuadran
kiri atas abdomen, dibawah diafragma agak ke kiri dari garis tengah, dengan
panjang 25 cm dan Lebar 10 cm. Bentuk dan posisi lambung dipengaruhi oleh
perubahan didalam rongga abdomen dan oleh isi lambung.
Lambung
terdiri dari 4 bagian yakni Kardia, Fundus, Korpus, dan Pilorus. Dilengkapi
dengan 2 sfingter yakni sfingter kardia (terletak dekat dengan lubang kardia),
dan sfingter pilorus (dekat dengan pilorus).
Kapasitas
lambung pada orang dewasa 1500 ml. Pada
lapisan mukosa lambung terdapat lipatan-lipatan yang disebut “Rugae” yang
meregang pada saat terjadi penambahan volume / isi lambung. Mukosa lambung juga
mengandung banyak kelenjar yang mensekresi enzim-enzim pencernaan. Didalam
lambung terdapat getah lambung, yang membuat makanan lebih cair dan asam. Getah
lambung mengandung air, garam, mineral, lendir, asam hidrochlorida (Hcl),
pepsinogen, renin.
Makanan
yang sudah masuk ke dalam lambung akan tetap didalam lambung selama - 3 jam atau lebih, sesuai dengan sifat
makanan dan muskularitas lambung dan diperlukan 15-30 menit diujung kardia
lambung yang bertindak sebagai reservoar.
Manfaat Asam Lambung:
1. Memberi
reaksi asam yang diperlukan oleh enzim lambung.
2. Membunuh
bakteri.
3. Mengontrol
pilorus.
4. Menghentikan
kerja ptialin.
5. Mengubah
pepsinogen menjadi pepsin.
Fungsi Lambung:
1. Mengaduk
makanan, memecahnya lebih lanjut dan mencampurnya dengan sekresi dari kelenjar
lambung dan memghasilkan zat yang bernama chyme.
2. Melanjutkan
pencernaan makanan dengan bantuan getah lambung.
3. Mensekresi
faktor instrinsik.
4. Tempat
penyimpan makanan (s/d 1,5 L tanpa nyeri)
5. Mensekresikan
HCl dan enzim u/ memulai pencernaan protein
6. Mencegah
masuknya sebagaian kuman
7. Absorpsi
: alkohol dan obat-obatan (aspirin)
Sekresi
lambung
Sel
kelenjar lambung menyekresikan sekitar 2500Ml getah lambung setiap hari. Getah
lambung ini mengandung beberapa macam zat.
Asam hidroklorida yang
disekresikan oleh kelenjar korpus lambung membunuh sebagian besar bakteri yang
masuk, menghasilkan ph yang diperlukan pepsin untuk mencerna protein, serta
merangsang aliran empedu.
Sawar
mukosa
Konsentrasi
asam dalam getah lambung cukup pekat untuk dapat menimbulkan kerusakan
jaringan. Pada keadaan normal tidak terjadi kerusakan karena adanya sawar
mukosa yang dibentuk oleh mucus dan HCO3 . Mukus yang disekresikan
oleh sel leher kelenjar lambung dan sel mukosa permukaan terdiri atas
glikoprotein yang disebut musin dan membentuk suatu gel fleksibel yang melapisi
mukosa. Sel mukosa permukaan juga mensekresi HCO3. Sebagian besar
HCO3 terperangkap dalam gel mucus sehingga terbentuk suatu gradient
ph yang memiliki rentang ph 1,0-2,0 disisi lumial dan 6,0-7,0 di permukaan sel
epitel. HCl yang disekresikan oleh sel parietal dikelenjar lambung melintasi
sawar ini dalam kanal berbentuk jari, dengan menyisakan lapisan gel lainnya
yang utuh.
Mucus dan HCO3 yang
disekresikan oleh sel mukosa juga berperan penting dalam melindungi lambung
dari kerusakan ketika getah lambung yang sangat asam disekresikan kedalamnya.
Prostaglandin merangsang sekresi mucus. Sekresi HCO3 juga dirangsang
oleh prostaglandin dan reflex setempat.
Sekresi
pepsinogen
Chief
cell yang menyekresi pepsinogen (precursor inaktif dalam getah lambung)
mengandung granula zimogen. Proses sekresi yang terjadi serupa dengan proses
sekresi tripsinogen dan enzim pancreas lainnya oleh pancreas. Aktifitas
pepsinogen dapat dideteksi dalam plasma dan dalam urine yang disebut
uropepsinogen.
Pengaturan
sekresi lambung
Motilitas
dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme saraf dan humoral. Koponen saraf
merupakan reflek autonom local, yang melibatkan neuron kolinerdik, dan impuls
dari SSP melalui nervus vagus. Rangsangan vagus meningkatkan sekresi gastrin
melalui pelepasan GRP. Serabut vagus lain melepaskan asetil kolin, yang bekerja
langsung pada sel kelenjar di korpus dan fundus untuk meningkatkan sekresi asam
dan pepsin. Rangsangan nervus vagus di dada atau leher meningkatkan sekresi
asam dan pepsin tetapi vagotomi tidak menghilangkan respon sekresi terhadap
rangsangan local.
Pengaruh
otak atau sefalik adalah respon yang diperantarai oleh nervus vagus dan
diinduksi oleh aktifitas di SSP. Pengaruh lambung adalah respon reflek local
dan respon terhadap gastrin. Pengaruh usus adalah efek reflex dan umpan balik
hormonal pada sekresi lambung yang dicetuskan dari mukosa usus halus.
Motilitas
dan pengosongan lambung
Apabila
makanan masuk kedalam lambung, vundus dan bagian atas korpus akan melemas dan
mengakomodasi makanan dengan sedikit peningkatan tekanan (relaksasi reseptif).
Peristaltis kemudian dimulai dibawah korpus, yang mencampur dan menghaluskan
makanan serta memungkinkan makanan dalam bentuk setengah cair mengalir sedikit
demi sedikit melalui pylorus dan memasuki duodenum.
Relaksasi
diperantarai oleh nervus vagus dan dipicu oleh pergerakan faring dan esofagus.
Gelombang pristaltik yang diatur oleh SEB lambung segera timbul dan menyapu
kearah pylorus. Kontraksi lambung distal yang ditimbulkan oleh setiap gelombang
kadang-kadang disebut sistol antrum dan dapat berlangsung sampai 10 detik.
Gelombang-gelombang ini timbul 3-4 kali setiap menit.
Pada
pengaturan pengosongan lambung, antrum, pylorus, dan duodenum bagian atas
tampaknya berfungsi sebagai suatu kesatuan. Kontraksi antrum diikuti oleh
kontraksi berurutan daerah pylorus dan duodenum. Di antrum, kontraksi parsial
didepan isi lambung yang sedang bergerak maju akan mencegah masuknya massa
padat di duodenum, dan isi lambung akan dicampur dan dihancurkan. Isi lambung
yang lebih cair dialirkan sedikit demi sedikit kedalam usus halus. Secara
normal, regurgitasi dari duodenum tidak terjadi karena kontraksi egmen pylorus
cenderung menetap sedikit lebih lama daripada kontraksi duodenum. Pencegahan
regurgitasi ini juga dapat disebabkan oleh stimulasi CCK dan sekretin pada
sfringter pylorus.
Kontraksi
lapar
Kontraksi
lambung diantara waktu makan, yang mungkin diperantarai oleh MMC, terkadang dapat
kita rasakan dan bahkan dapat menimbulkan sedikit nyeri. Kontraksi lapar ini
berkaitan dengan rasa lapar dan semul diduga merupakan pengatur nafsu makan
yang penting namun, pada hewan yang mengalami denerfasi lambung dan usus,
asupan makanan tetap normal.
5.
USUS
HALUS (INTESTINE)
Usus
halus adalah saluran konvolusi yang membentang dari sfingter pilorus ke
sambungannya dengan usus besar pada katup elleoselkum. Panjangn usus kecil
adalah 6 meter, berada ditengah dan bagian bawah rongga abdomen, biasanya dalam
kurva usus besar.
Usus
halus terdiri dari 3 bagian yakni duodenum, jejunum, dan illeum. Fungsinya
adalah mencerna dan absorbsi makanan.
Dalam
usus halus terdapat membran mukosa yang mempunyai penampilan beludru akibat
adanya tonjolan seperti rambut yang disebu “villi”. Setiap villi mengandung
pembuluh limfe (lakteal) dan pembuluh darah. Membran mukosa tersebut menaikkan
area yang tersedia untuk absorbsi.
Bagian pertama duodenum kadang-kadang disebut
duodenal cak atau bulb. Daerah ini menerima isi lambung yang bersifat asam,
yang mengalir emlalui vilorus dan merupakan tempat redileksi terjadinya kulkus
peptikum. Di ligantum treitz, duodenum berubah menjadi jejunum. Berdasarkan
kesepakatan, 40% bagian atas usus halus sebelah distal duodenum disebut jenunum
dan 60% sisanya disebut ileum, walaupun tidak terdapat batas anatomi yang jelas
diantara keduanya. Katup ileosekum menandai titik berakhirnya ileum di kolon.
Usus halus berukuran lebih pendek pada keadaan hidup
disbanding pada kadever, setelah kematian usus halus memanjang dan melemas.
Jarak dari pylorus ke katup ileosekum pada manusia hidup dikatakan sebesar
285cm. setelah kematian, otot disebagian besar saluran cerna melemas sehingga
jarak yang diukur saat otopsi menjadi lebih panjang.
Mukosa usus halus mengandung kelenjar limfe soliter
dan terutama di ileum, nodulus limfatik agrigat (plakpeyer) disepanjang batas
yang berlawanan dengan perlekatan mesenterium. Disepanjang usus halus terdapat
kelenjar usus tubuler sederhana (kriptus lieberkuhn). Selain itu di duodenum
terdapat kelenjar duodenum asinotubuler kecil yang berbentuk seperti kumparan
(kelenjar brunner). Epitel usus halus mengandung berbagai jenis sel
neuroendokrin dan banyak lipatan mirip katup (valvulae conniventes) di membrane
mukosa.
Di
sepanjang usus halus, membrane mukosa diliputi vilus. Terdapat 20-40 vili per
milimeterpersegi mukosa. Setiap vilus usus merupakan tonjolan berbentuk jari
yang panjangnya 0,5-1 cm, dan dibungkus oleh satu lapisan silindris serta
berisi jaringan kapiler dan pembuluh limfe (lacteal). Di setiap vilus terdapat
perluasan otot polos lapisan submukosa yang berjalan longitudinal sampai ke
ujung vilus. Ujung bebas sel-sel epitel vilus dibagi menjadi mikrovili yang
halus. Mikrovili dibentuk oleh glikoliks, yakni suatu lapisan amorf yang kaya
akan gula netral dan gula amino. Mikrovili membentuk brush border. Sel
dihubungkan satu sama lain oleh taut erat. Lapisan luar membran sel mukosa
mengandung banyak enzim yang berperan pada proses pencernaan yang diawali oleh
enzim air liur, lambung, dan pankreas.
Permukaan
absorbtif usus haus meningkat sekitar 600 kali lipat oleh adanya valvulae
conniventes, vilus, dan milkrovilus. Diperkiraan luas permukaan bagian dalam
silinder mukosa seukuran usus halus adlah sekitar 3300 cm2, valvulae
meningkatkan luas permukaan menjadi 10.000cm2, vilus meningkatkannya
menjadi 100.000 cm2 dan mikrovilus meningkatkannya menjadi 2 juta cm2.
Enterosik di usus halus dibentuk dari sel-sel yang tidak berdiferensiasi dan
membelah secara aktif dikriptus lieberkuhn. Sel-sel ini bermigrasi keujung
vilus, tempat sel-sel tersebut mengalami apoptosis dan dilepaskan kedalam lumen
usus dalam jumlah besar. Lama hidup rata-rata sel adalah 2-5 hari, bergantung
pada spesies. Pada manusia, jumlah sel yang dilepaskan per hari diperhitungkan
sekitar 17 miliar, dan jumlah protein yang disekresikan dengan cara ini adalah
sekitar 30 gram per hari. Dilambung, sel-sel mukosa dengan cepat dilepaskan
oleh sel-sel baru.
Sel
panet-sel endokrin yang berada di kedalaman kriptus lieberkuhn mengeluarkan
defensin yakni peptide anti biotika alami yang juga dikeluarkan ditubuh lain.
Enterosit yang bermigrasi terpapar oleh defensin berkadar tinggi, dan hal ini
melindungi sel-sel tersebut saat sel bergerak ke puncak vilus. Sel panet juga dapat
mengeluarkan guanilin.
Mukus usus
Mucus
disekresikan oleh sel epitel permukaan disepanjang saluran cerna, leh kelenjar
brunner di duodenum, dan oleh sel gobet di mukosa usus halus dan usus besar.
Selain fungsi protektif permukaan mukosa, sel mucus melumasi makanan dan
menahan immunoglobulin ditempatnya. Sekresi musin dipercepat oleh rangsangan
kolinergik dan oleh iritasi kimia dan fisika. Musin yang sedikit berbeda
disekresikan oleh sel gobet lain. Pada orang yang mengidap tumor usus dan
pasien colitis ulseratif, komposisi musin mengalami perubahan.
Motilitas usus
MMC
yang berjalan di sepanjang usus dengan interfal teratur pada keadaan kuasa dn
digantikannya MMC oleh peristalsis dan kontraksi lain yang dikontrol SEB telah
dijelskan sebelumnya. Di usus halus, rata-rata terdapat 12 siklus SEB per menit
di jejunum proksimal, yang berkurang menjadi 8 per menit di ileum distal. Terdapat
3 jenis kontraksi otot polos yaitu gelombang peristalsis, kontraksi segmentasi
dan kontraksi tonik. Kontraksi peristalsis mendorong isi usus (kimus) kea rah
usus besar. Kontraksi segmentasi merupakan kontraksi berbentuk cincin yang
muncul dalam interval yang relative teratur di sepanjang usus, lalu menghilang
dan digantikan oleh serangkaian kontraksi cincin lain di segmen-segmen diantara
kontraksi-kontraksi lainnya. Kontraksi ini mendorong kimus maju mundur dan
meningkatkan pajanannya pada permukaan mukosa. Kontraksi segmentasi dipicu oleh
peningkatan local influx Ca2+ yang diserati gelombang peningkatan
konsentrasi Ca2+ yang menyebar di setiap focus. Kontraksi tonik
adalah kontraksi yang relative lama yang pada dasarnya mengisolasi satu segmen
usus dari segmen yang lain. Bahwa dua
jenis kontraksi terakhir memperlambat waktu transit di usus halus sehingga
waktu transit sebenarnya lebih lama pada keadaan kenyang daripada keadaan
kuasa. Hal ini memungkinkan kimus berkontak lebih lama dengan enterosit
sehingga absorbsi meningkat.
Gelombang
peristaltic yang sangat kuat yang disebut peristaltic rush, tidak terjadi pada
orang normal tetapi timbul apabila usus mengalami obstruksi. Di kolon
kadang-kadang terjadi antiperistalsis lemah, tetapi sebagian besar gelombang
secara teratur bergerak dari arah oral ke kaudal.
Proses
pencernaan di usus
Proses
pencernaan dilakukan oleh getah pankreas, empedu (yang mengemulsikan lemak) dan
getah usus kecil. Getah-getah ini dicampur dengan makanan oleh peristaltik,
kerja muskular dinding usus halus, yang membuat makanan alkali dalam reaksi.
Kontraksi mula-mula terjadi pada satu tempat dan kemudian ditempat lain diikuti
oleh relaxasi, yang memungkinkan efek meremas atau menggiling dan membawa
mukosa kontak erat dengan makanan.absorbsi protein, karbohidrat dan lemak
terjadi hampir diseluruh villi usus kecil. Protein dalam bentuk asam amino,
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana diabsorbsi oleh sel-sel yang menutupi
villi yang kemudian masuk ke kapiler darah yang di lanjutkan pada vena porta di
hati, dan lemak dalam bentuk asam lemak dan gliserol diabsorbsi oleh sel-sel
yang melapisi villi.
6.
KOLON
(USUS BESAR)
Gambaran
Anatomi
Usus
besar membentang dari ujung illeum sampai ke anus, dengan panjang 1,5 meter. Usus besar terdiri dari appendiks
vermiformis, sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon
sigmoid, rektum dan kanal anal yang dilengkapi sfingter anus interna yang
melingkari bagian atas anus dan sfingter
anus eksterna yang mengelilingi kanal anus untuk menutup kanal anus lebih kuat
secara volunter. Pertemuan antara sekum dan illeum terdapat katup “illeosekum”,
berfungsi mencegah isi sekum masuk kembali ke illeum. Di sini terdapat “refleks
gastro-illeum”, yaitu dengan masuknya makanan ke lambung, kontraksi duodenum
diikuti pesase isi illeum ke sekum. Sekum terletak dibagian kanan fosa illiaka
kanan, merupakan bagian yang berdilatasi yang ujung bawahnya buntu tapi bagian
atasnya bersambung dengan kolon asenden. Apendiks adalah saluran sempit yang
ujungnya buntu dan terbuka dari sekum 2 cm dibawah katup illeo-sekum, apendiks
memiliki panjang 9 cm. Kolon asenden memiliki panjang 15 cm, kolon transversium
memiliki panjang 50 cm, dan kolon desenden memiliki panjang 25 cm, membentuk
sebagian besar usus besar. Bagian akhir kolon berbentuk huruf “S” (sigmoid),
membentuk lengkung dengan panjang 40 cm. Struktur lanjutan dari sigmoid adalah
rektum dengan panang 12 cm. Kanal anal berjalan ke arah bawah dan ke belakang,
ke ujung anus.
Fungsi
dari usus besar (kolon): Tempat penyimpanan feses ,absorpsi air dan elektrolit,
mensekrsi mucus yang berfungsi sebagai pelindung, pelicin dan perekat feses.
Gerakan
Kolon
Fungsi
utama kolon adalah (1) absorpsi air dan elektrolit dari kismus untuk membentuk
feses yang padat dan (2) penimbunana bahan feses sampai dapat dikeluarkan,
setengah bagian proksimal kolon, terutama berhubungan dengan absorpsi, dan
setengah bagian distal, berhubungan dengan penyimpanan. Karena tidak diperlukan
pergerakan kuat dari dinding kolon untuk fungsi-fungsi ini, maka pergerakan
kolon secara normal sangat lambat. Meskipun lambat, pergerakannya masih
mempunyai karateristik yang serupa dengan pererakan usus halus dan sekali lagi
dapat dibagi menjadi gerakan mencampur dan gerakan mendorong.
Gerakan
mencampur “Hautrasi.” Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerakan
segmentasi dalam usus halus, konstriksi-konstriksi sirkular yang besar terjadi
dalam usus besar. Pada setiap konstriksi ini, kira-kira 2,5 cm otot sirkular
akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen kolom sampai hampir tersumbat.
Pada saat yang sama, otot longitudinal kolon, yang terkumpul menjadi tig pit
longitudinal yang disebut taenia coli, akan berkontraksi. Kontraksi gabungan
dari pita otot sirkular dan longitudinal menyebabkan bagian usus besar yang
tidak terangsang menonjol ke luar memberikan bentuk serupa kantung yang disebut
haustrasi.
Setiap
haustrasi biasanya mencapai intesitas puncak dalam waktu sekitar 30 detik dan
kemudian menghilang selama 60 detik berikutnya. Kadang-kadang berkontraksi juga
bergerak lambat menuju ke anus selama masa kontraksinya, terutama pada sekum kolon
asenden, dan karena itu menyebabkan sejumlah kecil dorongan isi kolon ke depan.
Beberapa menit kemudian, timbul kontraksi haustrae yang baru pada daerah lain
yang berdekatan. Oleh karena itu, bahan feses dalam usus besar secara lambat
diaduk dan diputar dengan cara yang hampir yang sama seperti orang yang
menyekop tanah. Dengan cara ini, semua bahan feses secara bertahap bersentuhan
dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan serta zat-zat terlarut secara
progresif diabsopsi hingga hanya terdapat 80 sampai 200 mililiter feses yang
dikeluarkan setiap hari.
Gerakan
mendorong “Pergerakan Massa.” Banyak dorongan di dalam sekum dan kolon asenden
dihasilkan oleh kontraksi haustrae yang lambat tetapi berlangsung persisten,
yang membutuhkan waktu 8 sampai 15 jam untuk menggerakkan kimus dari katup
ileosekal ke kolon, sementara kimusnya sendiri menjadi feses dengan
karateristik lumpur setengah padat bukan lagi setengah cair.
Dari
sekum sampai sigmoid, pergerakan massa dapat mengambil alih peran pendoorngan untuk
beberapa menit dalam satu waktu. Gerakan ini biasanya hanya terjadi satu sampai
tiga kali setiap hari pada kebanyakan orang, terutama untuk kira-kira 15 menit
selama jam pertama sesudah mkan pagi.
Pergerakan
massa adalah jenis peristaltik yang dimodifikasi yang ditandai oleh rangkaian
peristiwa sebagai berikut : pertama, timbul sebuah cincin konstriksi sebagai
respon dari tempat yang teregang atau teriritasi di kolon, biasanya pada kolon
transversum. Kemudian, dengan cepat kolon, sepanjang 20 cm atau lebih, pada
bagian distal cincin konstriksi tadi akan kehilangan haustrasinya dan justru
berkontraksi bagai satu unit, mendorong maju materi feses pada segmen ini
sekaligus untuk lebih menuruni kolon. Kontraksi secara progresif menimbulkan
tekanan yang lebih besar selama kira-kira 30 detik, dan terjadi relaksasi
selama 2-3 menit berikutnya. Lalu, timbul pergerakan masa yang lainnya, kali
ini mungkin erjalan lebih jauh sepanjang kolon.
Satu
rangkaian pergerakan masa biasanya menetap selama 10-30 menit. Lalu mereda dan
mungkin timbul kembali setengah hari kemudian. Bila pergerakan sudah mendorong
masa feses kedalam rektum, akan terasa keinginan untuk defekasi.
Bagian ileum yang mengandung katup
ileosekum menonjol sedkit kedalam sekum sehingga peningkatan tekanan kolon akan
menutupnya, sedangkan peningkatan tekanan ileum akan menyebabkan katup tersebut
membuka. Jadi, katup ini secara efektif mencegah refluks isi kolon kedalam
ileum. Katup ini tertutup dalam keadaan normal. Setiap kali gelombang
peristaltic mencapainya, katup ini terbuka sebentar, dan memungkinkan sebagian
kimus ileum masuk kedalam sekum. Ada hewan percobaan, apabila katup disekresi,
kimus akan masuk kedalam kolon dengan cepat sehingga penyerapan di usus halus
berkurang, namun, pada manusia tidak terjadi penurunan yang bermakna jika
makanan meninggalkan lambung, sekum melemas dan terjadi peningkatan perpindahan
kimus melalui katup ileosekum (reflex gastroileum). Hal tersebut agaknya
merupakan refleks vagus, walaupun muncul argumentasi mengenai pengatuh
rangsangan vagus terhadap katup ileosekum. Rangsangan simpatik meningkatkan
reaksi katup.
Gerakan kolon mencakup kontraksi
segmentasi dan gelombang peristaltic seperti yang terjadi di usus halus.
Kontraksi segmentasi mencampur isi kolon dan dengan terpajanannya lebih banyak
isi kolon ke mukosa, penyerapan akan meningkat. Gelombang peristaltic mendorong
isi kolon menuju rectum, walaupun anti peristaltis lemah kadang-kadang
dijumpai. Kontraksi jenis ketiga yang terjadi hanya di kolon adalah kontraksi kerja
masal. Disini terjadi simultan kontraksi otot polos di daerah penyatu yang
luas. Kontraksi ini pendorong isis kolon dari satu bagian kolon ke bagian lain.
Kontraksi ini juga mendorong isi kolon ke rectum, dan peregangan rectum,
kemudian mencetuskan reflex defekasi.
Gerakan kolon dikoordinasi oleh BER kolon.
Frekuensi gelombang ini, tidak seperti gelombang di usus halus, meningkat
sepanjang kolon, dari sekitar dua kali per menit di katup ileosekum menjadi
enam kali per menit di sigmoid.
Sekresi
Usus Besar
Sekresi
Mukus. Mukosa usus besar seperti pada usus halus, mempunyai banyak kripta
lieberkuhm; tetapi berbeda pada usu halus mukosa usu besar tidak memiliki vili.
Sel-sel epitelnya hampir tidak mengandung enzim. Sebaliknya, sel ini terutama
sel-sel mukus yang hanya menyekresi mukus. Sekresi yang dominan pada usus besar
adalah mukus. Mukus ini mengandung ion bikarbonat dalam jumlah sedang yang
disekresi oleh bebrpa sel epitel yang tidak menyekresi mukus. Keceatan sekresi
mukus terutama diatur oleh rangsangan taktil, langsung dari sel sel epitel yang
melapisi usu besar da oleh reflek saraf setempat terhadap sel-sel mukus pada
kripta lieberkuhm.
Rangsangan
nervus pelvikus dari medula spinalis, yang membawa persyarafan parasimpatis ke
separuh sampai dua pertiga bagian distal usus besar, dan juga dapat
mengakibatkan kenaikan jumlah sekresi mukus yang nyata. Hal ini terjadi
bersamaan dengan penigkatan motilitas peristaltik kolon.
Selama
perangangan parasimpatis yang ekstern, yng seringkali disebebkan oleh gangguan
emosional yang kadang begitu banyak mukusyang bisa disekresikan ke dalam usus
besar sehingga orang tersebut sering mengalami pergerakan mukus kental dalam
usus setiap 30 menit sekali; mukus ini sering hanya mengandung sedikit atau
tidak mengandung feses.
Mukus
dalam usus besar melindungi dinidng usus terhadap ekskoriasi, tetapi selain
itu, juga menyediakan suatu media yang lengket untuk meletakkan bahan feses
bersama-sama. Lebih lanjut, mukus melindungi dinding usus dari sejumlah besar
aktiitas bakteri yang berlangsung di dalam feses, dan, akhirnya, mukus ditambah
sifat basa dari sekresi( pH 8,0 yang dsebabkan oleh sejumlah besar natrium
bikarbonat) menyediakan suatu sawar untuk menjaga agar asam yang terbentuk di
dalam tinja tidak menyerang dinding usus.
Absorpsi
dan Sekresi Elektrolit dan Air
Mukosa
usus besar seperti juga mukosa usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi aktif
natrium yang tinggi, dan gradien potensial listrik yang diciptaka oleh absorpsi
natrium juga menyebabkan absoprsi klorida. Taut eran di antara sel-sel epitel
usus besar jauh lebih erat daripada taut erat di usus halus. Keadaan tersebut
mencegah difusi kembali ion ke dalam jumlah bermakna melalui taut ini, sehingga
menungkinkan mukosa usus besar untuk mengabsorpsi ion natrium jauh lebih
sempurna yaitu melawan gradien konsentarsi yang jauh lebih tinggi daripada yang
terjadi di usus halus. Hal ini terutama terjadi saat terdapat sejumlah besar
aldosteron karena aldosteron sangat meningkatkan kemampuan transpor natrium.
Selain
itu, seperti yang berlangsung dibagian distal usus halus, mukosa usus besar
menyekresikan ion bikarbonat sementara secara bersamaan mengabsorpsi ion
klorida dalam jumlah yang sebanding dalam proses pertukaran. Bikarbonat
menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri di dalam usus besar.
Absorpsi
ion natrium dan klorida menciptakan gradien osmotik di sepanjang mukosa usus
besar, yang kemudian akan menyebabkan absorpsi air.
Kapasitas penyerapan dalam mukosa usus
besar sangat besar. Na+ secara aktif diangkut kelaur dari kolon, dan
air mengikuti gradient osmotic yang terbentuk. Secara normal terjadi sekresi
meto K+ dan HCO3 ke dalam kolon. Daya serap kolon
menjadikan pemberian rektum sebagai cara pemberian obat yang praktis terutama
pada anak. Banyak senyawa seperti anastetik, sedative, penenang dan steroid,
dengan cepat diserap melalui jalur ini. Sebagian air dalam enema diserap dan
apabila volume enema besar dapat terjadi etoksikasi air akibat penyerapan air
yang besar.
Kemampuan
Absorpsi Maksimal Usus Besar
Usus
besar dapat mengabsorpsi maksimal 5 sampai 8 liter cairan dan elektrolit setiap
hari. Bila jumlah total cairan yang masuk usus besar melalui katup ileosekal
atau melalui sekresi usus besar melebihi jumlah ini, kelebihan cairan akan
muncul dalam feses sebagai diare. Toksin dari kolera atau infeksi bakteri
tertentu lainnya sering menyebabkan kerja kripta pada ileum terminalis dan usus
besar menyekresikan 10 liter atau lebih cairan setiap harinya, menimbulkan
diare berat dan sering mematikan.
Waktu transit di usus halus dan kolon
Bagian pertama makanan mencapai sekum
dalam waktu sekitar 4 jam, dan semua bagian makanan yang tidak tercerna telah
memasuki kolon dalam 8-9 jam. Sisa makanan yang pertama rata-rata mencapai
fleksura hepatica dalam waku 6 jam, fleksura luminealis dalam 9 jam dan kolon
sigmoid dalam 12 jam. Dari kolon sigmoid ke anus, pergerakan makanan jauh lebih
lambat. Bila manik-manik kecil berwarna dimasukkan ke dalam makanan, rata-rata
70 persennya dikeluarkan ditinja dalam waktu 72 jam, tetapi pengeluaran
seluruhnya memerlukan waktu lebih dari seminggu. Waktu transit, fluktuasi
tekanan, dan perbahan pH di saluran cerna dapat diamati dengan memantau kemauan
suatu pil kecil yang mengandung sensor dan pemancar radio miniature.
Proses
pencernaan di usus besar.
Fungsi
utama usus besar adalah untuk mengabsorbsi air dan garam serta menyekresi
feses. Dalam keadaan normal, setiap hari kolon menerima 500 ml kimus dari usus halus. Isi usus yang
disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat di cerna
(misalnya: selulosa), komponen empedu yang tidak diserap dan sisa cairan.
Bahan-bahan ini membentuk sebagian besar fases dan membentuk sebagian besar
feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena
berperan menentukan volume isi kolon. Kolon dalam keadaan normal menyerap
sebagian garam dan H2O dan dengan penyerapan tersebut maka terbentuk
feses yang padat. Dari 500 ml bahan yang
masuk, kolon menyerap 350 ml dan
meninggalkan 150 gram feses untuk
dikeluarkan setiap hari. Komposisi feses yaitu 100 gram H2O, 50 gram
bahan padat (terdiri dari selulosa, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil
garam) serta makanan yang tidak diserap.
Defekasi
Pada
sebagian besar waktu, rektum tidak berisi feses. Hal ini sebagian adalah akibat
dari kenyataan bahwa terdapat sfingter fungsional yang lemah sekitar 20cm dari
anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan rektum. Disini terdapat juga
sebuah sudut tajam yang menambah resistensi terhadap pengisisan rektum.
Bila
pergerakan masa mendorong feses masuk kedalam rektum, segera timbul untuk
keinginan defekasi, termasuk refleks kontraksi rektum dan relaksasi sfingter
anus.
Pendorongan
masa feses yang terus menerus melalui anus dicegah oleh kontriksi tonik dari
(1) sfingter ani intermus, penebalan otot polos sirkular sepanjang beberapa cm
yang terletak tepat disebelah dalam anus, dan (2) sfinghter ani ekstermus, yang
terdiri dari otot lurik volunter yang mengelilingi sfingter intermus dan meluas
ke sebelah distal. Sfingter ekstermus diaturleh serabut-serabut saraf dalam
nervus pudendus, yang merupakan bagian dari sistem saraf somatis dan karena itu
dibawah pengaruh volunter, dalam keadaan sadar atau setidaknya bawah sadar;
secara bawah sadar sfingter eksternal biasanya secara terus menerus mengalami
kontriksi kecuali bila ada impuls kesadaran yang menghambat kontriksi.
Refleks
Defekasi
Biasanya,
defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi. Satu dari refleks-refleks ini
adalah refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat
didalam dinding rektum. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: bila feses
memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang
menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltik
didalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus.
Sewatu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani intermus direlaksasi
oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika sfingter ani
ekstermus juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu
yang bersamaan terjadilah defekasi.
Refleks
defekasi mienterik intrinsik yang berfungsi dengan sendirinya secara normal
bersifat relatif lemah. Agar menjadi efektif dalam mneimbulkan defekasi,
refleks biasanya harus diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain, suatu
refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan segmen sakral medula spinalis.
Bila ujung-ujung saraf dalam rektum dirangsang, sinyal-sinyal dihantarkan
pertama kedalam medula spinalis dan kemudian secara refleks kembali ke kolon
desenden, sigmoid, rektum, dan anus melalui serabut-serabut saraf parasimpatis,
dalam nervus pelvikus. Sinyal-sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat
gelombang peristaltik dan juga merelaksasikan sfingter ani intermus, dengan
demikian mengubah refleks defekasi mienterik intrinsik dari suatu usaha yang
lemah menjadi suatu proses defekais yang kuat, yang kadang efektif dalam
mengosongkan usus besar sepanjang jalan dari fleksurah splenikus kolon sampai
ke anus.
Sinyal-sinyal
defekasi masuk ke medul spinalis menimbulkan efek-efek lain, seperti mengambil
napas dalam, penutupan glotis, dan kontraksi otot-otot dinding abdomen untuk
mendorong isi feses dari kolon turun kebawah dan pada saat yang bersamaan
menyebabkan dasar pelvis mengalami relaksasi ke bawah dan menarik keluar cincin
anus untuk mengeluarkan feses.
Bila
keadaan memungkinkan untuk defekasi refleks defekasi secara sadar dapat
diaktifkan dengan mengambil napas dalam untuk mengerakkan diafragma turun ke
bawah dan kemudian mengontraksikan otot-otot abdomen untuk meningkatkan tekanan
dalam abdomen, jadi mendorong isi feses ke dalam rektum untuk menimbulkn
refelek-reflek yang baru. Reflek-reflek yang ditimbulkan dengan cara ini hampir
tidak seefekif seperti reflek yang timbul secara alamiah, karena alasan inilah
orang yang terlalu sering menghambat refleks alamiahnya cenderung mengalami
konstipasi berat.
Pada
bayi baru lahir dan pada beberapa orang dengan medula spinalis yang terpotong,
refleks defekasi secara otomomatis menyebabkan kekosongan usus bagian bawah
pada saat yang tidak tepat sepanjang hari karena hilangnya pelatihan kontrol
kesadaran melalui kontraksi atau relaksasi volunter sfingter ani internus.
Bakteri
Kolon
Kimus
dalam jejunum secara normal mengandung sedikit atau tidak mengandiung bakteri.
Di ileum jumlah mikroorganisme lebih banyak, tetapi hanya kolon yang selalu
mengandung bakteri dalam jumlah besar. Penyebab isi jejunum yang relatif steril
tidak diketahui, walaupun asam lambung dan cepatnya waktu transit kimus melalui
daerah ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Bakteri
di saluran cerna dapat dibagi menjadi tiga tipe. Sebagian adalah patogen yang
menyebabkan penyakit, yang lain berupa simbion yang bermanfaat bagi pejamu dan
demikian sebaliknya, dan kebanyakan berupa komensal, yang tidak menimbulkan
efek tertentu pada pejamu dan demikian sebaliknya. Bakteri yang terdapat di
kolon meliputi basil seperti berbagai galur Escherichia
coli dan Enterobacteraerogenes,
dan berbagai jenis kokus. Sejumlah besar bakteri keluar melalui tinja. Saat
lahir, kolon bersifat steril, tetapi flora bakteri usus segera tumbuh pada awal
masa kehidupan.
Sebagian mikroorganisme enterik mensintesis viatamin K dan
sejumlah vitamin B kompleks, dan asam folat yang dihasilkan oleh bakteri
terbukti dapat diserap dalam jumlah yang bermakna. Selain itu, asam lemak
rantai pendek yang dihasilkan oleh kerja bakteri di kolon juga penting secara
fisiologis.
Bukti
terkini menunjukkan bahwa galur non patogen bakteri Salmonella mampu
menghambat ubikitinasi IkBα yaitu langkah penting bagi faktor
transkripsi NFk-B untuk memicu peradangan.
Warna
coklat pada tinja disebabkan oleh pigmen yang terbentuk dari pigmen empedu oleh
bakteri usus, tinja menjadi putih ( tinja akolik). Bakteri menghasilkan gas
dalam flatus. Asam organik yang teerbentuk dari karbohidrat oleh bakteri
merupakan penyebab reaksi tinja yang sedikit asam. Amina yang terbentuk oleh
bakteri usus terutama indol dan skatol beerperan menimbulkan bau tinja,
demikian juga sulfida.
Bakteri
usus tampaknya berperan pada metabolisme kolesterol karena antibiotik neomisin
yang diserap kurang baik dan mengubah flora normal usus, akan menurunkan kadar
LDL dan kolesterol plasma. Pertumbuhan beerlebihan bakteri di lumen usus dapat
menyebabkan efek yang membahayakan.
Organ-organ
Asesoris
1.
Pankreas
Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan
dengan panjang 12-15 cm dan secara transversal membentang pada dinding abdomen
posterior dibelakang abdomen. Pankreas terdiri dari bagian kepala, badan
kelenjar dn ekor. Pada bagian kepala pankreas, duktus pankreatikus dibungkus
oleh duktus empedu dan terbuka ke dalam duodenum melalui ampula
hepato-pankreatik. Pankreas berfungsi sebagai organ eksokrin yang mensekresi
getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase dan tripsinogen untuk
membantu pencernaan.
Pengaturan Sekresi
Getah Pankreas
Sekresi getah pankreas terutama
diatur oleh hormon. Sekretin bekerja pada duktus pankreatikus untuk menimbulkan
sekresi getah pancreas encer yang sangat alkalis dan banyak mengandung HCO3-
serta sedikit enzim. Efek pada sel-sel duktus disebabkan oleh peningkatan AMP
siklik intrasel. Sekretin juga merangsang sekresi empedu. CCK bekerja pada sel
asinus untuk menimbulkan pelepasan granula zimogen dan pembentukan getah
pancreas yang kaya akan enzim tetapi kecil volumenya. Efeknya diperantarai oleh
fosfolipase C. respon terhadap sekretin intravena diperlihatkan dalam Gambar
26-19. Perhatikan bahwa seiring dengan peningkatan volume sekresi pancreas,
konsentrasi Cl--nya menurun dan konsentrasi HCO3-
nya meningkat. Walaupun disekresikan dalam duktus kecil, HCO3- di reabsorbsi di
duktus besar untuk ditukar dengan Cl-. Besar pertukaran ini berbanding terbalik
dengan kecepatan aliran.
Seperti
CCK, asetil kolin bekerja pada sel asinus melalui fosfolipase C untuk
menimbulkan pelepasan granula zimogen, dan rangsangan vagus menyebabkan sekresi
sejumlah kecil getah pancreas yang kaya akan enzim. Terdapat bukti adanya
sekresi getah pancreas sebagai reflex terkondisi yang diperantarai oleh nervus
vagus sebagai respon terhadap penglihatan atau bau makanan.
2.
Hati
(Hepar)
Hati
merupakan organ terbesar dalam tubuh, terlekat pada kuadran kanan atas abdomen,
dengan berat 1500 – 2000 gram. Hati memiliki 2 lobus besar, lobus kanan dan
lobus kiri dimana lobus tersebut terbagi-bagi menjadi ligamen-ligamen. Hati
dibungkus oleh kapsul glison yang melindungi hati dari trauma. Unit fungsional
hati disebut “lobulus” yang berbentuk haksagonal yang terdiri dari
lempeng-lempeng sel hati, diantara lempeng-lempeng sel hati terdapat
kapiler-kapiler yang disebut “sinusoid” yang merupakan
cabang vena porta dan arteri hepatika serta saluran empedu. Sinusoid dibatasi
oleh “sel kuffer ” (makrofag) yang terjulur ke dalam lumen, yang merupakan
sistem retikuloendotelial (RES) yang berfungsi menghancurkan bakteri dan
antigen dalam darah. Hati mendapatkan 2 suplay darah, yaitu: dari aorta melalui
arteri hepatika dan dari saluran cerna dan limfa melaluivenaporta.
Fungsi
hati:
·
Fungsi metabolik
Detoksifikasi
obat-obatan dan racun
Produksi
antibodi dan antitoksin
Produksi
heparin
Sebagai
organ utama penghasil panas tubuh
Metabolisme
karbohidrat, protein, lemak
•
Karbohidrat
–
Dapar glukosa darah
•
Lemak
–
Oksidasi asam lemak
–
Sintesis lipoprotein
–
Sintesis kolesterol dan
PL
–
lipogenesis
•
Protein
–
Deaminasi asam amino
–
Sintesis urea
–
Protein plasma
·
Fungsi
penyimpanan
Vitamin
A dan D faktor antianemia, zat besi dan glukosa dalam bentuk glikogen
·
Fungsi
sekresi
Memproduksi
dan mensekresi empedu
· Fungsi vaskuler hepar
• Menerima darah 29% CO
• Tekanan dan tahanan
dalam pembuluh darah hepar
• Reservoir
• Pengaliran limfe
Cara
lain untuk memandang susunan hati yang memiliki arti fungsional adalah
pembagian hati menjadi asinus hati. Bagian tengah dari tiap-tiap asinus adalah
suatu tangkai faskular yang berisi cabang terminal vena porta, arteri hepatica,
dan duktus biliaris. Darah mengalir dari tangkai faskular ke venula hepatica
terminal yang berada di luar asinus. Dengan cara ini, sel yang terletak paling
dekat dengan tangkai vaskula menerima darah dengan kadar oksigen maksimum dan
sel di perifer asinus kurang mendapat oksigenasi sehingga lebih rentan terhadap
cedera anoksik. Tiap-tiap sel hati juga berdekatan dengan beberapa kanalikulus
biliaris. Kanalikulus biliaris bermuara kedalam duktus biliaris intralobulus,
dan duktus-duktus ini bergabung melalui duktus biliaris interlobulus untuk
membentuk duktus hepatikus kiri dan kanan. Duktus-duktus hepatikus ini bersatu
diluar hati untuk membentuk duktus koledokus. Duktus koledokus masuk kedalam
duodenum di papilla duodenum. Orifisiumnya dikelilingi oleh sfingter Oddi, dan
duktus ini biasanya bersatu dengan duktus pankreatikus mayor tepat sebelum
masuk kedalam duodenum. Sfingter biasanya tertutup, tetapi bila isi lambung
masuk ke duodenum, pelepasan CCK akan terjadi dan hormone gastrointestinal ini
melemaskan sfingter dan menyebabkan kandung empedu berkontraksi.
Dinding duktus biliaris
ekstrahepatik dan kandung empedu mengandung jaringan vibrosa dan otot polos.
Membrane mukosa mengandung kelenjar mukosa dan dilapisi oleh selapis sel
silindris. Di kandung empedu membrane mukosa membentuk lipatan dalam; hal ini
meningkatkan luas permukaan dan menyebabkan bagian dalam kandung empedu tampak
seperti sarang lebah. Pada primata, membrane mukosa duktus sistikus juga
berlipat-lipat membentuk katup spiral.
3.
Kandung
empedu
Kandung
empedu merupakan kantung berbentuk buah pear, terletak dibawah lobus kanan
hati. Kandung empedu berfungsi menimpan, mengkosentrasikan empedu, serta
berkontraksi untuk mensekresi empedu. Aliran eksresi empedu yakni secara terus
menerus hati mensekresi empedu melalui duktus hepatikus kanan dan kiri,
kemudian ke duktus hepatikus komunis, duktus sistikus, duktus koledokus
bergabung dengan duktus pankreatikus, ampula vatery, dan terakhir sampai di
duodenum. Unsur utama empedu yaitu terdiri dari air (97%), elektrolit, garam
empedu, fosfolipid (lesitin), kolesterol, pigmen bilirubin terkonjugasi.
90-95% garam empedu diserap dari usus halus.
Sebagian diserap melalui difusi nonionic, tetapi sebagian besar garam empedu
diserap dari ileum terminal oleh suatu system kotranspor Na+ - garam
empedu yang sangat efisien dan dijalankan oleh Na+ - Ka+
- ATP ase basolateral. Salah satu kotransporter garam yang berperan dalam
system transport aktif sekunder ini berhasil diklon, dan terdapat bukti bahwa
setidaknya terdapat satu kotransporter lain. Sisa garam empedu sebesar 5-10%
masuk kedalam kolon dan diubah menjadi garam asam deoksikolat dan asam
litokolat. Litokolat relative tidak larut dan sebagian besar dieskresikan dalam
tinja; hanya 1% yang diserap, namun deoksikolat diserap.
Garam empedu yang diserap disalurkan kembali ke hati
dalam vena porta dan di ekskresikan kembali dalam empedu (sirkulasi
enterohepatik). Garam yang keluar melalui tinja diganti melalui sintesis zat
ini di hati; kecepatan normal sintesis garam empedu adalah 0,2-0,4 g/hari.
Jumlah total garam empedu yang mengalami siklus berulang-ulang melalui siklus
enterohepatik adalah sekitar 3,5g; telah diperhitungkan bahwa jumlah total
tersebut bersirkulasi 2x/waktu makan dan 6-8x/hari. Bila empedu tidak ada dalam
usus, hampir 50% lemak yang dimakan akan keluar melalui feses dan akan terjadi
malabsorbsi berat vitamin larut – lemak. Jika reabsorbsi garam empedu terhalang
akibat reseksi ileum terminal atau suatu penyakit dibagian usus halus ini,
jumalh lemak dalam tinja juga akan meningkat jika sirkulasi enterohepatik
terputus, sedangkan hati tidak mampu meningkatkan kecepatan pembentukan garam empedu untuk dapat mengompensasi
kehilangan yang terjadi. Pengaruh reseksi ileum terminal lainnya dibahas
kemudian.
Metabolisme
dan Eskresi Bilirubin
Sebagian besar bilirubin dalam tubuh terbentuk di
jaringan dari hasil pemecahan hemoglobin. Dalam peredaran darah, bilirubin
berikatan dengan albumin. Sebagian berikatan dengan erat, tetapi sebagian besar
dapat terurai dihati, dan bilirubin bebas masuk kedalam sel-sel hati, tempat
empedu berikatan dengan protein-protein sitoplasma. Bilirubin kemudian
dikonjugasikan dengan asam glukuronat dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh
enzim glukuronil transferase. Enzim ini teruatam terdapat di reticulum
endoplasma halus. Setiap molekul bilirubun bereaksi dengan dua molekul asam
uridin di fosfaglukuronat (UDPGA) dan membentuk bilirubin diglukuronida.
Glukuronida ini, yang lebih mudah larut dalam air daripada bilirubin bebas, lalu
diangkut melawan gradient konsentrasi, kemungkinan oleh suatu proses aktif
kedalam kanalikulus biliaris. Sejumlah kecil bilirubin glukuronida dapat masuk
kedalam darah, lalu berikatan dengan albumin, tetapi ikatan ini lebih longgar
bila dibandingkan dengan ikatan bilirubin bebas dengan albumin. Akhirnya,
bilirubin tersebut di eksresikan ke urin. Jadi, bilirubin plasma total secara
normal mencakup bilirubin bebas ditambah sejumlah kecil bilirubin terkonjugasi.
Sebagian besar bilirubin glukuronida disalurkan melalui duktus biliaris kedalam
usus.
Mukosa usus relative tidak permeable terhadap
bilirubin terkonjugasi, tetapi permeable terhadap bilirubin tak terkonjugasi
dan terhadap urobilinogen, yaitu serangkaian turunan bilirubin yang tak
berwarna dan terbentuk akibat kerja bakteri usus. Akibatnya, sebagian pigmen
empedu dan urobilinogen direabsorbsi di dalam sirkulasi portal. Sebagian zat
yang diserap ulang ini kemudian diksresikan kembali oleh hati (sirkulasi
enterohepatik), namun sejumlah kecil urobilinogen masuk kedalam sirkulasi
sistemik dan di ekskresikan di urin.
Anatomi
kelenjar-kelenjar pencernaan dan eksresinya.
1.
Kelenjar
saliva
Kelenjar
parotis, merupakan kelenjar yang paling besar dan berada tepat dibawah telinga.
Kelenjar parotis memiliki panjang 5 cm, terbuka kedalam mulut.
Kelenjar
sublingual dan kelenjar submandibular, terbuka kedalam lantai mulut. Saliva
disekresi secara refleks akibat adanya makanan didalam mulut atau oleh refleks
akibat penglihatan, bau atau pikiran tentang makanan.
Saliva
mengandung air dalam jumlah besar yang berguna untuk melembabkan dan melunakkan
makanan, lendir berguna untuk mengkombinasi dan melumasi makanan, amilase
berguna untuk memecahkan karbohidrat menjadi maltosa dan dekstrin.
2.
Kelenjar
dalam mukosa lambung
Mukosa
lambung banyak mengandung banyak kelenjar yang terdiri dari 3 tipe sel, yaitu:
·
Sel mukosa yang
mensekresi lendir yang melindungi membran mukosa dari kerja asam lambung.
·
Sel-sel utama (sel
zimogenik) untuk mensekresi enzim pepsinogen dan renin untuk mencerna protein.
·
Sel-sel oksintik (sel
parietal) untuk mensekresi Na, K, Cl, dan faktor intrinsik.
Sekresi kelenjar mukosa lambung
dirangsang oleh internal atau hormon gastrin, masuk ke dalam sirkulasi darah
mencapai kelenjar lambung sehingga menaikkan produksi getah lambung.
3.
Sekresi
mukosa usus halus
·
Enterokinase untuk
mengubah tripsinogen pankreas menjadi tripsin aktif.
·
Peptidase bekerja pada
pepton dan mengubahnya menjadi asam amino.
·
Maltase untuk mengubah
maltosa menjadi gula sederhana, seperti glukosa.
·
Sukrase untuk mengubah
gula tebu atau sukrosa menjadi gula sederhana.
·
Laktase untuk mengubah
laktosa menjadi gula sederhana.
·
Lipase untuk melengkapi
perubahan lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
4.
Kelenjar
pankreas sebagai organ eksokrin
Kelenjar
pankreas sebagai organ eksokrin mensekresi enzim-enzim pencernaan berupa getah
pankreas, yaitu:
· Tripsinogen (non
aktif), diubah menjadi tripsin (aktif) oleh enterokinase yang kemudian mengubah
pepton dan protein menjadi asam amino.
·
Amilase untuk mengubah
zat pati menjadi maltosa.
· Lipase untuk mengubah
lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah empedu mengemulsi lemak.
5.
Sekresi
empedu
Empedu
dihasilkan oleh hepar yang secra terus menerus disekresikan kekandung empedu
melalui duktus-duktus (saluran).
Sekresi
empedu di mulai dari duktus hepatikus kanan dan kiri menuju ke duktus hepatikus
komunis ke duktus sistikus ke duktus koledokus kemudian bergabung dengan duktus
pankreatikus ke ampula vatery dan terakhir sampai di duodenum.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Sistem pencernaan
adalah
2.
Fungsi utama sistem ini
adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrien
yang dicerna sehingga siap diabsorbsi.
3.
Pencernaan berlangsung
secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses-proses sebagai berikut :
- Ingesti
adalah masuknya makanan ke dalam tubuh.
- Pemotongan
dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. makanan kemudian
bercampur dengan saliva sebelum ditelan.
- Peristalsis
adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan
tertelan melalui saluran pencernaan.
- Digesti
adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil
sehingga absorbsi dapat berlangsung.
- Absorbsi
adalah pergerakkan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke
dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
- Egesti
(defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna juga
bakteri mdalam bentuk feses dari saluran pencernaan.
4. Mulut
Mulut
adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan dan berisi organ
pencernaan. Terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibula, yaitu ruang di antara gusi
serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang
dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maksilaris dan semua gigi , dan di sebelah
belakang bersambung dengan awal faring. Atap mulut dibentuk oleh palatum, lidah
terletak di lantainya dan terikat pada tulang hioid. Di garis tengah sebuah
lipatan membran mukosa (frenulum linguas) menyambung lidah dengan lantai mulut.
Di kedua sisi terletak papilasublingualis,
yang memuat lubang kelenjar ludah submandibularis. Sedikit eksternal dari
papila ini terletak lipatan sublingualis,
tempat lubang-lubang halus kelenjar ludah sublingualis bermuara. Dan ada
kelenjar parotis yang terletak agak ke bawah dan di depan telingadan membuka
melalui duktus parotis menuju suatu elevasi kecil (papila) yang terletak berhadapan
dengan gigi molar kedua pada kedua sisi.
Faring
Faring
atau tekak terletak di belakang hidung, mulut, dan laring (tenggorokan). Faring
berupa slauran berbentuk kerucut dari bahan membran berotot (muskulo
membranosa) dengan bagian terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar
tengkorak sampai di ketinggian vertebrata servikal keenam, yaitu ketinggian
tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan esofagus.
Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang
berfungsi menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung dalam hal ini adalah
meneruskan makanan. Pada ujung saluran esofagus setelah mulut terdapat daerah
yang disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur
makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan). Agar makanan dapat berjalan
sepanjang esofagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat
berjalan menuju lambung.
Lambung
Lambung
adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak diantara ujung
esofagus dan pangkal usus halus. Terletak dikuadran kiri atas abdomen, dibawah
diafragma agak ke kiri dari garis tengah, dengan panjang 25 cm dan Lebar 10 cm.
Bentuk dan posisi lambung dipengaruhi oleh perubahan didalam rongga abdomen dan
oleh isi lambung. Lambung terdiri dari 4 bagian yakni Kardia, Fundus, Korpus,
dan Pilorus. Dilengkapi dengan 2 sfingter yakni sfingter kardia (terletak dekat
dengan lubang kardia), dan sfingter pilorus (dekat dengan pilorus).
Usus
halus
Usus
halus adalah saluran konvolusi yang membentang dari sfingter pilorus ke sambungannya
dengan usus besar pada katup elleoselkum. Panjangn usus kecil adalah 6 meter,
berada ditengah dan bagian bawah rongga abdomen, biasanya dalam kurva usus
besar.Usus halus terdiri dari 3 bagian yakni duodenum, jejunum, dan illeum.
Fungsinya adalah mencerna dan absorbsi makanan.
Usus besar (kolon)
Usus besar
membentang dari ujung illeum sampai ke anus, dengan panjang 1,5 meter. Usus besar terdiri dari appendiks
vermiformis, sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon
sigmoid, rektum dan kanal anal yang dilengkapi sfingter anus interna yang
melingkari bagian atas anus dan sfingter
anus eksterna yang mengelilingi kanal anus untuk menutup kanal anus lebih kuat
secara volunter.
5.
A. Pankreas adalah
kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang 12-15 cm dan secara
transversal membentang pada dinding abdomen posterior dibelakang abdomen.
B. Hati merupakan organ
terbesar dalam tubuh, terlekat pada kuadran kanan atas abdomen, dengan berat
1500 – 2000 gram. Hati memiliki 2 lobus besar, lobus kanan dan lobus kiri
dimana lobus tersebut terbagi-bagi menjadi ligamen-ligamen.
C. Kandung empedu
merupakan kantung berbentuk buah pear, terletak dibawah lobus kanan hati.
Kandung empedu berfungsi menimpan, mengkosentrasikan empedu, serta berkontraksi
untuk mensekresi empedu.
3.2 Saran
Semoga dalam penyusunan
makalah berikutnya, penulis lebih baik dan lebih teliti dari sebelumnya. Dan
menjadikan makalah ini sebagai suatu manfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W.F. (2008). Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN.Jakarta: EGC
Pearce, Evelyn C. (2011). ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUK PARAMEDIS.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Guyton, Arthur C dan John E. Hall.
(2012). Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN.
Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. (2004). ANATOMI DAN FISIOLOGI Untuk Pemula.
Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2006).ANATOMI FISIOLOGI untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar