Sabtu, 05 September 2015

TUGAS BAHASA INDONESIA RESUME

TUGAS BAHASA INDONESIA


HUBUNGAN IMT IBU SEBELUM HAMIL,
KENAIKAN BB IBU SELAMA HAMIL,
DENGAN KEJADIAN BBLR

Karya : X 

Diresume oleh : YUSTIANA OKTAVIA

PRODI D-IV KEBIDANAN SUTOMO SURABAYA, JURUSAN KEBIDANAN, POLTEKKES KEMENKES SURABAYA, JALAN MAYJEN PROF. DR. MOESTOPO 8A SURABAYA, INDONESIA



ABSTRAK
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat < 2500 gram tanpa memandang usia gestasi (berat bayi adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setalah lahir). Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena BBLR disebabkan karena salah satunya faktor status gizi sebelum hamil, nutrisi ibu yang kurang selama hamil diidentifikasikan dengan kenaikan BB ibu selama hamil.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan IMT ibu sebelum hamil, kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional debgan pendekatan Cross Sectional. Teknik sampling digunakan dengan cara Simple random, sampel sebanyak 278 ibu nifas dan bayi baru lahir. Simpulan IMT ibu sebelum hamil tidak berhubungan terhadap kejadian BBLR. Keneikan BB ibu selama hamil berpengaruh tterhadap kejadian BBLR. Saran yang diberikan peneliti sebagai masukan untuk memantau kenaikan BB ibu selama hamil untuk mengurangi resiko ibu melahirkan bayi BBLR.


RELATION OF BODY MASS INDEX OF THE MOTHER BEFORE PREGNANCY, MATERNAL WEIGHT GAIN DURING PREGNANCY, THE INCIDENCE OF LOW  BIRTH WEIGHT

ABSTRACT
Low weight baby is a baby who born which had weight less than 2500 grams without see gestational age (birth weight is baby weight which measured on 1 hour after born). Many factors can caused low weight baby birth. For example because mother nutrision state before pregnant which can identified with BMI and increasing of mother weight on pregnancy periode. Purposes of this research are to identificate correlation between mother BMI before pregnancy period with low birth baby incident. Tipe of this research is obsevasional analytic with bclosed by Cross Sectional. Sampling technique used simple random sampling. Conclusion of this research are nother BMI before pregnant didn’t correlated with low weight baby incident, mother weight gaining in pregnancy influenced on low weight baby incident. Suggestions fro researcher for observate mothers’weight gaining in pregnancy for decreasing pregnant mother to born low weight baby.
Keywods : BMI, Weight Gain, Low Weight Baby Incident

Pendahuluan


Kejadian BBLR di Indonesia sampai saat ini merupakan masalah karena penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal. BBLR merupakan kelompok berisiko karena penyumbang AKB di Indonesia. Target MDG’s (Millenium Development Goals) di Indonesia diharapkan AKB menjadi 15/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (saifuddin, 2008). AKB di Surabaya sebesar 29,99/ 1000 kelahiran hidup 2010 (Joewono, ed., 2012). Hal ini terjadi karena terlambat dalam pengambilan keputusan terlambat mendeteksi resiko tinggi, terlmbat dilakukan rujukan (Fansi, 2012).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat < 2500 gram tanpa memandang usia gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir) (Wiknjosastro, 2008). BBLR terjadi karena berbagai faktor, salah satunya kurangnya asupan gizi ibu saat hamil yang berefek pada naiknya morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab BBLR antara lain faktor ibu: umur, paritas, penyakit kehamilan, kenaikan BB selama hamil tidak adekuat, status gizi ibu, stres, merokok. Faktor plasenta : disfungsi plasenta, gemelli. Faktor sosial ekonomi : pendidikan, keluarga, pendapatan, kehamilan tidak diinginkan. Faktor janin : prematurasi, bayi KMK, kelainan kongenital, infeksi. Dari faktor tersebut, BBLR disebabkan karena salah satunya faktor status gizi sebelum hamil, nutrisi ibu yang kurang selama hamilyang diidentifikasi dengan kenaikan BB ibu selama hamil yang dapat dikaji melalui rekam medik di tempat penelitian.
Langkah promotif dan preventif yang dilakukan untuk menanggulangi BBLR yang dilakukan di RB Soegiarti yaitu pemeriksaan kehamilan, konseling gizi pada ibu hamil, memantau kenaikan Bbibu setiap periksa hamil.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penyebab BBLR dapat diidentifikasikan dari banyak faktor. Berikut diuraikan tentang penyebab terjadinya BBLR.

Faktor ibu :
Umur, Paritas, Penyakit kehamilan, Kenaikan BB selama hamil < adekuat, Status gizi ibu (IMT sebelum hamil), Stres, Merokok

Faktor janin :
Persalinan kurang bulan, Bayi KMK, Kelainan bawaan, Infeksi


Faktor sosial ekonomi :
Pendidikan, keluarga, nutrisi, pendapatan, status dan akses layanan kesehatan, program : kepatuhan, konsistensi

Faktor Plasenta :
Disfungsi plasenta, kehamilan ganda.

PENYEBAB BBLR
Gambar 1.1 Skema Identifikasi Penyebab (dimodifikasi dari Bobak (2005), Davies dan Mc. Donald (2011), Wiknjosastro (2008), Sarwono (2007)).

Karena luasnya faktor penyebab kejadian bayi lahir dengan berat bayi rendah dan data yang didapatkan melalui rekam medik berupa BB ibu sebelum dan total selama hamil, TB ibu dan BB lahir bayi, maka peneliti membatasi masalah dengan melakuka penelitian tentang hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil kenaikan BB ibu hamil dengan kejadian BBLR.
Berdasrkan pembatasan masalah yang ditentukan, penulis merumuskan masalah yaitu “ Adakah hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil, kenaikan BB ibu selama ibu dengan kejadian BBLR di RB Soegiarti Surabaya?”
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan antara IMT ibu selam hamil, kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR di RB Soegiarti Surabaya. Adapun tujuan khususnya adalah untuk mengidentifikasi IMT ibu sebelum hamil; kenaikan BB ibu selama hamil; bayi lahir dengan BBLR, hubungan IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR; hubungan kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR; menganalisis hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil, kenaikan BB ibu selama hamil denagan kejadian BBLR di RB Soegiarti Surabaya.
Manfaat dari penelitian ini adalah peneliti dapat menerapkan ilmu dan teori metodologi penelitian yag didapat selama proses perkuliahan, menambah pengetahuan dan wawasan baru mengenai suatu permasalahan, dan mencari pemecahan masalah melalui kerangka pikir yang bersifat ilmiah. Manfaat bagi tempat penelitian untuk menitikberatkan pada pencegahan dan penanganan yang terkait dengan pengkajian status gizi sebelum hamil dan kenaikan BB selama hamil yang optimal sebagai salah satu upaya pengurangan kejadian BBLR. Manfaat bagi institusi pendidikan adalah sebagai masukan dan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

Tinjauan Teoritis 

IMT atau Inseks Massa Tubuh adalah angka yang berhubungan dengan berat badan seseoarang menurut tinggi atau panjang Adiningsih,dkk., 2012). BMI atau Basal Mass Index adalah hubungan antara berat terhadap tinggi (Bobak, Lowdermilk, Jensen., 2005). Penghitungan Indeks Massa Tubuh dengan IMT= BB (kg)/ [TB (m)]2. Tinggi badan dan berat badan harus diukur saat wanita tidak mengenakan sepatunya. Tinggi badan ditentukan ketika posisi  tumit, bokong, dan punggung wanita menghadap permukaan vertikel yang rata (Varney, 2007). Intepretasi hasil pengukuran IMT didasarkan tabel status gizi menggunakan daftar IMT berdasarkan Institut of Medicine.

Tabel 2.1 IMT ibu sebelum kehamilan
kategori
IMT atau BMI prahamil
Rendah
< 19,8
Normal
19,8 – 26
Tinggi
                         26 – 29
Kegemukan
                             >29


Metodologi untuk menentukan kenaikan berat badan optimal selama kehamilan merupakan hal pertama yang harus diketahui intuk mengetahui BMI prakehamilan seorang wanita.
Kenaikan berat badan ibu adalah kecepatan peningkatan beerat yang direkomendasikan mencapai 1-2 kg selama trimester pertama dan kemudian 0,4 kg per minggu (Bobak, Lowdermilk, Jensen., 2005).
Kenaikan berat badan ibu yaitu selisih antara berat badan ibu sebelum hamil dengan berat badan ibu saat hamil hingga terakhir kehamilan.
Selama paruh pertama abad ke-20, pertambahan berat yang direkomendasikan selam kehamilan dibatasi sampai bawah 20lb(9,1 kg). Hali ini disebabkan karena dianggap bahwa pembatasan ini mencegah timbulnya hiprtensi dalam kehamilan dan makrosomia janin yang menyebabkan harus dilakukan seksio sesarea. Pada tahun 1990, Institute of Medicine merekomendasikan pertambahan berat 25-35 lb (11,5 sampai 16 kg) untuk wanita dengan IMT prahamil normal (Cunningham,dkk., 2005). Bila wanita kelebihan berat badan : wanita yang kelebiahan berat badan sebelum kehamilan, lebih mungkin untuk mendapat hipertensi dan diabetes. Tapi nila kenaikan BB yang tidak adekuat terjadi pada wanita dengan berat badan normal dan berat badan kurang, kenaikan berat badan ibu selama kehamilan berhubungan langsung dengan berat badan bayinya, dan resiko melahirkan BBLR meningkat dengan kurangnya kenaikan BB selama kehamilan (Moore, 1997).
Bila usia kehamilan tidak diketahui, maka difokuskan pada kecepatan kenaikan berat badan yang sesuai. Hasil terbaik dari suatu kehamilan kembar adalah bila kenaikan berat badan sekitar 16-20,5 kg, jumlh ini merupakan total yang diperoleh dan dicapai dengan kenaikan 0,75 kg per minggu selama trimester kedua dan ketigadari kehamilan (Moore, 1997).

Pola kenaikan berat badan pada ibu hamil yang didasarkan pada IMT sebelum hamil disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Rentang BB Total Selam Hamil yang Direkomendasikan Berdasarkan IMT.

Kategori
IMT
Rentang kenaikan BB (kg)
Rendah
<19,8
12,5-18
Normal
19,8-26
11,5-16
Tinggi
26-29
7,0-11,5
Kegemukan
>29
<6,0


Pada penelitian ini digunakan acuan peningkatan berat badan ibu selama hamil dan pla peningkatan BB ibu selama hamil yaitu menurut Bobak (2007) yaitu 1-2 kg selama trimeter pertama dan kemudian 0,4 kg per minggu. Intervensi pada kenaikan BB yang tidak sesuai dengan pola kenaikan BB berdasarkan IMT.
Intervensi yang dapat dilakukan sebagai usaha peningkatan berat badan yang adekuat sesuai IMT adalah sebagai berikut:
1.    Pendidikan dan intervensi pada ibu hamil. Bertujuan supaya ibu hamil mengenali atau mengubah segala kebiasan atau temuan yang dapat mengganggu status gizi dan hasil kehamilan yang optimal; menetapkan kolaborasi tentang sasaran kenaikan berat badan dengan batas yang dianjurkan sesuai kecepatan yang diharapkan; mempersiapkan mental untuk menghadapi perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan yang dapat mengganggu masuknya makanan bergizi secara optimal atau menyenangkan.
2.    Memilih makanan yang seimbang.
3.    Hindari atau batasi agen yang dapat membahayakan janin. Sebaiknya ibu hamil menghindari minum kopi selama kehamilan. Tapi bila hamil tersebut tetap memilih minum kopi, maka dianjurkan untuk membatasu masuknya tidak lebih dari 300 mg. Kopi yang tidak mengandung kafein, teh atau minuman ringan dapat digunakan selama kehamilan. Sangat dianjurkan ibu untuk berpantang alkohol.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (saifuddin, 2006).
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR yaitu :
1.    Menurut masa gestasinya :
a.   Prematuritas murni (37 minggu dan BBnya sesuai dengan BB masa gestasi (neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK) terjadi pada pseudoprematur, fetal nutrision syndrom, IUGR.
2.    Menurut berat lahirnya :
a.    BBLR, berat lahir 1500-2500 gram
b.    BBLR, berat lahir < 1500 gram
c.    BBLR, berat lahir < 1000 gram
3.     Patofisiologi
Janin, apabila menghadapi kekurangan kadar substrat, baik nutrient atau oksigen, akan beradaptasi dengan mengubah aktivitas metaboliknya agar dapat bertahan hidup. Perlambatan pertumbuhan dan penurunan pengeluaran energi merupakan bagian adaptasi ini.
4.    Faktor predisposisi
Faktor-faktor predisposisi penyebab BBLR sebagai berikut:
a.    Faktor ibu, antara lain:
Gizi saat hamil yang kurang, umur,jarak bersalin dan hamil selanjutnya yang terlalu dekat,
paritas ibu, penyakit menahun (asma bronkiale, asimptomatok, hipertensi), gaya hidup.
b.    Faktor kehamilan, antar lain :
Komplikasi pada kehamilan, ketupan pecah dini, hidramnion, hamil ganda (gemelli), perdarahan antepartum.
c.       Faktor janin, antara lain :
Cacat bawaan(kelainan kongenital), infeksi dalam rahim.
5.     Komplikasi
a.       Gangguan metabolik berupa hipoglikemia dan hiperglikemia.
b.      Gangguan imuologik : rendahnya kadar Ig G gamma globulin.
c.       Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi).
gangguan lain seperti sindroma gangguan pernapasan, asfiksia, apneu periodik, paru belum berkembang, gangguan jantung, gangguan pada otak, gangguan eliminasi, gangguan elektrolit.
6.    Penatalaksanaan dan Manajemen Perawatan Sehari-hari
a.       Perawatan bayi sehari-hari dan observasi tanpa bahaya yang timbul. Jaga bayi tetap hangat, Kanguru Metode Care (KMC).
-          Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vital : pernapasan, denyut jantung, warna kulit dan aktivitas.
-          Bila bayi mengalami gangguan pernapasan, dikelola gangguan pernapasan.
-          Bila bayi kejang, hentikan kejang dengan antikonvulsan.
-          Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan cairan rehidrasi IV.
-          Bila ada penyulit lain, kelola sesuai dengan kondisi spesifik dan komplikasinya.
b.      Pemberian minum
-          Periksa apakah bayi puas setelah menyusu
-          Catat jumlah urine setiap bayi BAK
-          Periksa saat ibu meneteki, apabila satu payudara dihisap, ASI di payudara lain akan menetes.
-          Timbang bayi setiap hari dan catat.
-          Apabila kenaikan BB badan bayi tidak adekuat, tangani sebagai masalah kenaikan Bbtidak adekuat.
-          Perhatikan cara pemberian ASI.
c.       Berat lahir 1750-2500 gram
-          Bayi sehat (dianjurkan bayi menyusu lebih sering{setiap 2 jam} bila perlu)
-          Bayi sakit (memerlukan cairan IV ) yaitu hanya memberikan cairan IV selama 24 jam pertama, mulai memberikan minum per oral pada hari kedua atau ASI bila menunjukkan tanda- tanda siap menyusu, jika ada halangan dalam menyusui berikan ASI perah melalui pipa lambung.
7.    Pemantauan
a.       Kenaikan BB dan pemberian minum setelah umur 7 hari.
b.      Tanda kecukupan pemberian ASI.
c.       Pemulangan bayi, apabila memenuhi kriteria :
-          Suhu bayi stabil
-          Toleransi minum per oral baik
-          Ibu sanggup merawat BBLR di rumah
-          Manajemen spesifik atau manajemen lanjutan

Kerangka konseptual

Faktor yang menyebabkan BBLR :
Faktor ibu :
Umur ibu,jarak bersalin dan hamil yang terlalu dekat,paritas, penyakit menahun,gaya hidup

Kenaikan BB ibu selama hamil dan status gizi ibu sebelum hamil(IMT ibu sebelum hamil)


B

B
L
R
Gangguan fungsi organ:
Metabolik, imunologik, hepar, kardiovaskuler, respirasi, dan lain-lain.
Faktor kehamilan:
Komplikasi kehamilan, KPD, hidramnion, gemelli, perdarahan antepartum

Faktor janin :
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim




 
                        : tidak diteliti
                        : diteliti

Hipotesis

Hipotesis dari artikel ini yaitu:
H0: tidak ada hubungan antara IMT ibu sebelum hamil dan kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR.
H1: ada hubungan antara IMT ibu sebelum hamil dan kenaikanBB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR.

Metodologi penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik untuk mengetahui hubungan antara IMT ibu sebelum hamil, dan kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR di RB Soegiarti Surabaya. Dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional, yaitu suatu pendekatan dalam penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel hanya dilakukan satu kali dan pada satu saat.
Rancangan bangun penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa memengaruhi validitas suatu hasil. Pada rancang bangun dengan metode Cross Sectional, maka digambarkan sebagai berikut :














Gambar 3.1 Rancang Bangun Penelitian Hubungan IMT Ibu Sebelum Hamil, Kenaikan Berat Badan Ibu Selama Hamil dengan kejadian BBLR di RB Soegiarti Surabaya.

Penelitian pada hubungan antara IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR ini dilakukan di RB Soegiarti Surabaya.
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan April- Juli 2013.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu nifas dan bayi lahir antara bulan Januari 2010-Desember 2012 dengan jumlah 900 orang.
Sampel penelitian ini adalah sebagian ibu nifas dan bayi baru lahir antara bulan April-Juli 2013 dengan jumlah 278.
Pada penelitian ini menggunakan simple random samplingyaitu pengambilan sampel secara acak pada tanggal 18 Juni 2013.
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini :
- Bayi (bayi tunggal, normal, BBL yang dirawat dan tercatat dalam register bersalin RB Soegiarti Surabaya.
2    - Ibu (kehamilan normal tanpa penyulit, hamil tunggal, normal, tercatat di RB Soegiarti Surabaya)

Variabel bebas dalam peneliian ini adalah IMT sebelum hamil, kenaikan BB ibu selama hamil. Variabel dependen (variabel tergantung)nya adalah kejadian BBLR.
Teknik pengumpulan datanya adalah dengan melihat IMT ibu, kenaikan BB ibu selama hamil dan berat lahir bayi dari rekam medik kemudian dicatat dalam lembar pengumpul data.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar pengumpul data.
Dalam proses teknik pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, antara lain: editing, coding, dan tabulating. Analisis data yang digunakan padapenelitian adalah uji statistik chi squre dengan menggunakan program SPSS 16.0.
Etik penelitian meliputi izin penelitian, anonimility, dan kerahasiaan.

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lahan Penelitian
RB Soegiarti merupakan sebuah rumah bersalin yang terletak di Jalan Raya Rungkut Kidul 40 Surabaya. Pelayanan yang dialkukan meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, imunisasi dasar pada bayi, kontrol nifas, dan pelayanan KB.
Data Umum
Tabel 4.1 Usia Ibu Nifas Bulan April-Juli 2013 di RB Soegiarti Surabaya
Usia (tahun)
Frekuensi
Presentase (%)
Usia resiko
<20 dan >35
32
11,51
Tidak resiko
20-35
246
88,49
Total
278
100

Tabel tersebut menunjukkan bahwa 246 ibu nifas masuk dalam kategori tidak beresiko hamil.

Tabel 4.2 tingkat pendidikan ibu nifas bulan April-juli 2013 di RB Soegiarti
Tingkat pendidikan
Frekuensi
Presentase (%)
Dasar
72
25,89
Menengah
200
71,94
Tinggi
6
2,17
Total
278
100

Tabel tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruhnya yaitu 200 ibu nifas mempunyai tingkat pendidikan menengah.

Tabel 4.3 IMT Ibu Sebelum Hamil pada Ibu Nifas Bulan April-Juli 2013 di RB Soegiarti Surabaya
IMT ibu sebelum hamil
frekuensi
Presentase
Rendah
108
38,84
Normal
170
61,16
Total
278
100

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas memiliki IMT sebelum hamil dalam rentang normal.

Tabel 4.4 Kenaikan BB Ibu Selama Hamil Pada Ibu Nifas Bulan April-Juli 2013 di RB Soegiarti Surabaya
Kenaikan BB ibu selama hamil
Frekuensi
Presen-tase (%)
Rendah
133
47,84
Normal
145
52,16
Total
278
100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas mengalami kenaikan BB selama hamil dalam kategori normal.

Tabel 4.5 Kejadian BBLR Bulan April-Juli 2013 di RB Soegiarti Surabaya
Kejadian BBLR
frekuensi
Presentase (%)
Ya
72
25,89
Tidak
206
74,11
Total
278
100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil bayi lahir dengan BBLR dan sebagian besar bayi lahir dengan berat badan normal.

Tabel 4.6 Hubungan IMT Ibu Sebelum Hamil dengan Kejadian BBLR Bulan April-Juli 2013 di RB Soegiarti Surabaya
IMT ibu sebelum hamil
BBLR
Tidak BBLR
Jumlah
Rendah
32
76
108
Normal
40
130
170
Total
72
206
278

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 108 ibu nifas yang mempunyai IMT sebelum hamil rendah, sebagian besar yaitu 76 ibu melahirkan bayi tidak BBLR, sebagian kecil 40 ibu mempunyai IMT sebelum hamil normal melahirkan bayi BBLR.

Hasil uji dengan menggunakan Chi Square didapatkan nilai 3,84. Χ2dihitung dari program SPSS 16.0 adalah 1,28. Χ2 hitung < Χ2tabel, maka Hoditolak. Disimpulkan tidak ada hubungan antara IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR.

Tabel 4.7 Hubungan Kenaikan BB Ibu Selama Hamil dengan Kejadian BBLR di RB Soegiarti
Kenaikan BB ibu selama hamil
BBLR
Tidak BBLR
Jumlah
Rendah
49
84
133
Normal
23
122
145
Total
72
206
278

Tabel tersebut menunjukkan bahwa bahwa kenaikan BB ibu selama hamil dalam kategori rendah sebagian kecil yaitu 49 orang, dan kategori normal hanya sebagian kecil 23.

Hasil uji dengan menggunakan Chi Square program SPSS 16.0, X2 dihitung dari hasil analisis data sebesar 15,91. X2 tabel adalah 3,84 diperoleh kesimpulan bahwa X2 hitung > X2 tabel, maka Ho diterima. Ini berarti ada hubungan antara kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR.
Hubungan IMT Ibu Sebelum Hamil, Kenaikan BB Ibu Selama Hamil dengan Kejadian BBLR.
Pada hasil uji Chi Square pada hubungan IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR diperoleh hasil tidak ada hubungan. Pada hasil uji Chi Square pada hubungan antara kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR. Hasil penghitungan Ood Ratio pada hubungan IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR diperoleh hasil 1,368 dengan Confidence Indenval 95%. Artinya ibu dengan IMT rendah mempunyai kemungkinan 1,368 kali untuk melahirkan bayi BBLR daripada ibu dengan IMT sebelum hamilnya normal.
Hasil perhitungan Ood Ratio pada hubungan kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR diperoleh hasil 3,094 dengan Confidence Intenval 95%. Ini artinya ibu dengan kenaikan BB rendah berdasarkan kriteria IMT memiliki kemungkinan 3,094 kali melahirkan bayi BBLR daripada ibu dengan kenaikan BB normal sesuai kriteria IMT.

Pembahasan

Berdasarkan table 4.6 menunjukkan bahwa dari 108 ibu nifas yang mempunyai IMT sebelum hamil rendah, sebagian kecil 40 ibu mempunyai IMT sebelum hamil normal melahirkan bayi BBLR.
Dari hasil uji statistic Chi Square diperoleh hasil tidak ada hubungan antara IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR.
Kekurangan zat gizi pada ibu dengan IMT rendah dapat juga dikarenakan asupan nutrisi yang kurang sebelum hamil. Faktor kurangnya nutrisi dapat dipengaruhi oleh kurangnya daya beli karena penghasilan yang rendah, Dan  pengetahuan yang kurang tentang batas kenaikan berat badan yang direkomendasikan pada ibu hamil dan ibu yang membatasi asupan makanan karena takut berat badannya tidak kembali seperti sebelum hamil.
Faktor pendidikan ibu dapat berpengaruh terhadap status IMT ibu sebelum hamil. Dari data umum pada tingkat pendidikan ibu diperoleh hasil hamper seluruhnya yaitu 200 ibu memiliki tingkat pendidikan menengah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dapat mempengaruhi status gizi karena adanya faktor pengetahuan ibu terhadap pola pemenuhan nutrisi yang seimbang.
Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori yang ada karena dari data umum hampir seluruhnya responden berada pada katetgori usia tidak beresiko. Pada rentang usia ini janin intra uterine dapat tumbuh dengan optimal karena fungsi organ reproduksi ibu dapat bekerja secara optimal dan mampu memberikan nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan janin, sehingga hasil akhir kehamilan dapat diperoleh bayi dengan berat badan normal.
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 133 orang ibu nifas, sebagian besar 84 orang ibu nifas mengalami kenaikan BB yang rendah sesuai kriteria IMT ibu sebelum hamil yang melahirkan bayi tidak BBLR. Dari 145 orang ibu nifas, sebagian kecil yaitu 23 ibu nifas yang mengalami kenaikan BB selama hamil normal melahirkan bayi BBLR.
Hasil uji statistic Chi Square diperoleh hasil ada hubungan antara kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR.
Pada penelitian ini kenaiakn BB ibu selama hamil kurang dari kritetria kenaikan BB yang disarankan menurut IMT ibu selama hamil kemungkinan dapat dipengaruhi berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi kenaikan BB ibu selama hamil antara lain asupan makanan ibu yang kurang memenuhi kebutuhan ibu selama hamil. Asupan gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya daya beli yang tergantung pada tingkat penghasilan keluarga, semakin rendah tingkat pendapatan keluarga maka akan semakin dayabeli yang berdampak juga pada jumlah dan variasi makanan yang dikonsumsi, persiapan mental untuk kenaikan berat badan selama hamil juga mempengaruhi berat lahir bayi.
Hubungan IMT ibu sebelum hamil, kenaikan BB ibu selama hamil secara simultan tidak berpengaruh dengan kejadian BBLR. Tapi secara parsial berpengaruh terhadap kejadian BBLR.
Hasil analisis pada pengaruh kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR menggunakan teknik uji regresi logistic ada pengaruh terhadap kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR.

Simpulan

1. Sebagian besar ibu nifas memiliki IMT sebelum hamil dalam rentang normal.
2. Sebagian besar ibu nifas mengalami kenaikan berat badan selama hamil dalam kategori normal.
3. Sebagian besar bayi baru lahir, lahir dengan berat badan normal.
4. Tidak ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR.
5Ada hubungan antara kenaikan berat badan ibu selama hamil dengan kejadian BBLR.
6. Tidak ada pengaruh antara IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR. Ada pengaruh antara kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR.

Saran

Bagi ibu hamil: disarankan memeriksakan kehamilannya ke fasilitas pelayanan kesehatan secara rutin sesuai jadwal.
Bagi bidan di pelayanan: bidan sebaiknya pelayanan antenatal secara rutin dan konseling tentang pemenuhan nutrisi pada ibu hamil.
Bagi peneliti selanjutnya: dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah variabel paritas dan usia ibu yang dapat menyebabkan bayi lahir dengan BBLR.

DaftarPustaka

Arikunto, Suharsini. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Bobak, Jensen, Lowdermilk., 2006. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisis Keempat. Jakarta: EGC
Coad, Jane. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta: EGC
Cunningham, Gary F. 2006. Obstetri William. Jakarta: EGC
Manuaba. 2009. Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Moore, Mary Courtney. 1997. Terapi Diet dan Nutrisi. Jakarta: Hipokrates
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Varney, Helen.,Kriebs, Jan M., Gegor, Carolyn L. 1997. Varney’s Midwifery, Fourth edition.London: Jones and Barlett
Wiknjosastro, Hanifa(ed). 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonO Prawirohardjo
Wiknjosastro, Gulardi. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar.Jakata: JNPK-KR
http://www.wikipedia-indoneia/bayiberatlahirrendah. (diakses tanggal 4 Maret 2013, pukul 15.25 WIB)
Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. Diakses melalui http://www.depkes.go.id (diakses tanggal 21 Maret 2013, pukul 11.51 WIB)
http;//google.com/jokosaputroblog.wordpress.com (diakses tanggal 16 Juli 2013, pukul 08.56)


1 komentar: