TUGAS BAHASA INDONESIA
HUBUNGAN
IMT IBU SEBELUM HAMIL,
KENAIKAN
BB IBU SELAMA HAMIL,
DENGAN
KEJADIAN BBLR
Karya : X
Diresume oleh : YUSTIANA
OKTAVIA
PRODI
D-IV KEBIDANAN SUTOMO SURABAYA, JURUSAN KEBIDANAN, POLTEKKES KEMENKES SURABAYA,
JALAN MAYJEN PROF. DR. MOESTOPO 8A SURABAYA, INDONESIA
ABSTRAK
Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat < 2500 gram tanpa memandang usia
gestasi (berat bayi adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setalah
lahir). Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena BBLR disebabkan karena
salah satunya faktor status gizi sebelum hamil, nutrisi ibu yang kurang selama
hamil diidentifikasikan dengan kenaikan BB ibu selama hamil.tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan IMT ibu sebelum hamil, kenaikan BB ibu
selama hamil dengan kejadian BBLR. Jenis penelitian ini adalah analitik
observasional debgan pendekatan Cross
Sectional. Teknik sampling digunakan dengan cara Simple random, sampel sebanyak 278 ibu nifas dan bayi baru lahir.
Simpulan IMT ibu sebelum hamil tidak berhubungan terhadap kejadian BBLR.
Keneikan BB ibu selama hamil berpengaruh tterhadap kejadian BBLR. Saran yang
diberikan peneliti sebagai masukan untuk memantau kenaikan BB ibu selama hamil
untuk mengurangi resiko ibu melahirkan bayi BBLR.
RELATION
OF BODY MASS INDEX OF THE MOTHER BEFORE PREGNANCY, MATERNAL WEIGHT GAIN DURING
PREGNANCY, THE INCIDENCE OF LOW BIRTH
WEIGHT
ABSTRACT
Low weight baby is a
baby who born which had weight less than 2500 grams without see gestational age
(birth weight is baby weight which measured on 1 hour after born). Many factors
can caused low weight baby birth. For example because mother nutrision state
before pregnant which can identified with BMI and increasing of mother weight
on pregnancy periode. Purposes of this research are to identificate correlation
between mother BMI before pregnancy period with low birth baby incident. Tipe
of this research is obsevasional analytic with bclosed by Cross Sectional.
Sampling technique used simple random sampling. Conclusion of this research are
nother BMI before pregnant didn’t correlated with low weight baby incident,
mother weight gaining in pregnancy influenced on low weight baby incident.
Suggestions fro researcher for observate mothers’weight gaining in pregnancy
for decreasing pregnant mother to born low weight baby.
Keywods
: BMI, Weight Gain, Low Weight Baby Incident
Pendahuluan
Kejadian
BBLR di Indonesia sampai saat ini merupakan masalah karena penyebab kesakitan
dan kematian pada masa neonatal. BBLR merupakan kelompok berisiko karena penyumbang
AKB di Indonesia. Target MDG’s (Millenium
Development Goals) di Indonesia diharapkan AKB menjadi 15/1000 kelahiran
hidup pada tahun 2015 (saifuddin, 2008). AKB di Surabaya sebesar 29,99/ 1000
kelahiran hidup 2010 (Joewono, ed., 2012). Hal ini terjadi karena terlambat
dalam pengambilan keputusan terlambat mendeteksi resiko tinggi, terlmbat
dilakukan rujukan (Fansi, 2012).
Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat < 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 jam setelah lahir) (Wiknjosastro, 2008). BBLR terjadi karena berbagai
faktor, salah satunya kurangnya asupan gizi ibu saat hamil yang berefek pada
naiknya morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab BBLR antara lain faktor
ibu: umur, paritas, penyakit kehamilan, kenaikan BB selama hamil tidak adekuat,
status gizi ibu, stres, merokok. Faktor plasenta : disfungsi plasenta, gemelli.
Faktor sosial ekonomi : pendidikan, keluarga, pendapatan, kehamilan tidak
diinginkan. Faktor janin : prematurasi, bayi KMK, kelainan kongenital, infeksi.
Dari faktor tersebut, BBLR disebabkan karena salah satunya faktor status gizi
sebelum hamil, nutrisi ibu yang kurang selama hamilyang diidentifikasi dengan
kenaikan BB ibu selama hamil yang dapat dikaji melalui rekam medik di tempat
penelitian.
Langkah
promotif dan preventif yang dilakukan untuk menanggulangi BBLR yang dilakukan
di RB Soegiarti yaitu pemeriksaan kehamilan, konseling gizi pada ibu hamil,
memantau kenaikan Bbibu setiap periksa hamil.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, penyebab BBLR dapat diidentifikasikan dari banyak
faktor. Berikut diuraikan tentang penyebab terjadinya BBLR.
Faktor ibu :
Umur, Paritas, Penyakit kehamilan, Kenaikan
BB selama hamil < adekuat, Status gizi ibu (IMT sebelum hamil), Stres, Merokok
|
Faktor janin :
Persalinan kurang bulan, Bayi KMK, Kelainan
bawaan, Infeksi
|
Faktor sosial ekonomi :
Pendidikan, keluarga, nutrisi,
pendapatan, status dan akses layanan kesehatan, program : kepatuhan,
konsistensi
|
Faktor Plasenta :
Disfungsi plasenta, kehamilan ganda.
|
PENYEBAB BBLR
|
Gambar
1.1 Skema Identifikasi Penyebab (dimodifikasi dari Bobak (2005), Davies dan Mc.
Donald (2011), Wiknjosastro (2008), Sarwono (2007)).
Karena
luasnya faktor penyebab kejadian bayi lahir dengan berat bayi rendah dan data
yang didapatkan melalui rekam medik berupa BB ibu sebelum dan total selama hamil,
TB ibu dan BB lahir bayi, maka peneliti membatasi masalah dengan melakuka
penelitian tentang hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil kenaikan
BB ibu hamil dengan kejadian BBLR.
Berdasrkan
pembatasan masalah yang ditentukan, penulis merumuskan masalah yaitu “ Adakah
hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil, kenaikan BB ibu
selama ibu dengan kejadian BBLR di RB Soegiarti Surabaya?”
Tujuan
umum dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan antara IMT ibu selam hamil,
kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR di RB Soegiarti Surabaya.
Adapun tujuan khususnya adalah untuk mengidentifikasi IMT ibu sebelum hamil;
kenaikan BB ibu selama hamil; bayi lahir dengan BBLR, hubungan IMT ibu sebelum
hamil dengan kejadian BBLR; hubungan kenaikan BB ibu selama hamil dengan
kejadian BBLR; menganalisis hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum
hamil, kenaikan BB ibu selama hamil denagan kejadian BBLR di RB Soegiarti
Surabaya.
Manfaat
dari penelitian ini adalah peneliti dapat menerapkan ilmu dan teori metodologi
penelitian yag didapat selama proses perkuliahan, menambah pengetahuan dan
wawasan baru mengenai suatu permasalahan, dan mencari pemecahan masalah melalui
kerangka pikir yang bersifat ilmiah. Manfaat bagi tempat penelitian untuk
menitikberatkan pada pencegahan dan penanganan yang terkait dengan pengkajian
status gizi sebelum hamil dan kenaikan BB selama hamil yang optimal sebagai
salah satu upaya pengurangan kejadian BBLR. Manfaat bagi institusi pendidikan
adalah sebagai masukan dan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Tinjauan Teoritis
IMT
atau Inseks Massa Tubuh adalah angka yang berhubungan dengan berat badan
seseoarang menurut tinggi atau panjang Adiningsih,dkk., 2012). BMI atau Basal
Mass Index adalah hubungan antara berat terhadap tinggi (Bobak, Lowdermilk,
Jensen., 2005). Penghitungan Indeks Massa Tubuh dengan IMT= BB (kg)/ [TB (m)]2.
Tinggi badan dan berat badan harus diukur saat wanita tidak mengenakan
sepatunya. Tinggi badan ditentukan ketika posisi tumit, bokong, dan punggung wanita menghadap
permukaan vertikel yang rata (Varney, 2007). Intepretasi hasil pengukuran IMT
didasarkan tabel status gizi menggunakan daftar IMT berdasarkan Institut of Medicine.
Tabel
2.1 IMT ibu sebelum kehamilan
kategori
|
IMT
atau BMI prahamil
|
Rendah
|
< 19,8
|
Normal
|
19,8 – 26
|
Tinggi
|
26 – 29
|
Kegemukan
|
>29
|
Metodologi
untuk menentukan kenaikan berat badan optimal selama kehamilan merupakan hal
pertama yang harus diketahui intuk mengetahui BMI prakehamilan seorang wanita.
Kenaikan
berat badan ibu adalah kecepatan peningkatan beerat yang direkomendasikan
mencapai 1-2 kg selama trimester pertama dan kemudian 0,4 kg per minggu (Bobak,
Lowdermilk, Jensen., 2005).
Kenaikan
berat badan ibu yaitu selisih antara berat badan ibu sebelum hamil dengan berat
badan ibu saat hamil hingga terakhir kehamilan.
Selama
paruh pertama abad ke-20, pertambahan berat yang direkomendasikan selam
kehamilan dibatasi sampai bawah 20lb(9,1 kg). Hali ini disebabkan karena
dianggap bahwa pembatasan ini mencegah timbulnya hiprtensi dalam kehamilan dan
makrosomia janin yang menyebabkan harus dilakukan seksio sesarea. Pada tahun
1990, Institute of Medicine merekomendasikan
pertambahan berat 25-35 lb (11,5 sampai 16 kg) untuk wanita dengan IMT prahamil
normal (Cunningham,dkk., 2005). Bila wanita kelebihan berat badan : wanita yang
kelebiahan berat badan sebelum kehamilan, lebih mungkin untuk mendapat
hipertensi dan diabetes. Tapi nila kenaikan BB yang tidak adekuat terjadi pada
wanita dengan berat badan normal dan berat badan kurang, kenaikan berat badan
ibu selama kehamilan berhubungan langsung dengan berat badan bayinya, dan
resiko melahirkan BBLR meningkat dengan kurangnya kenaikan BB selama kehamilan
(Moore, 1997).
Bila
usia kehamilan tidak diketahui, maka difokuskan pada kecepatan kenaikan berat
badan yang sesuai. Hasil terbaik dari suatu kehamilan kembar adalah bila
kenaikan berat badan sekitar 16-20,5 kg, jumlh ini merupakan total yang
diperoleh dan dicapai dengan kenaikan 0,75 kg per minggu selama trimester kedua
dan ketigadari kehamilan (Moore, 1997).
Pola
kenaikan berat badan pada ibu hamil yang didasarkan pada IMT sebelum hamil
disajikan pada tabel berikut:
Tabel
2.2 Rentang BB Total Selam Hamil yang Direkomendasikan Berdasarkan IMT.
Kategori
|
IMT
|
Rentang
kenaikan BB (kg)
|
Rendah
|
<19,8
|
12,5-18
|
Normal
|
19,8-26
|
11,5-16
|
Tinggi
|
26-29
|
7,0-11,5
|
Kegemukan
|
>29
|
<6,0
|
Pada
penelitian ini digunakan acuan peningkatan berat badan ibu selama hamil dan pla
peningkatan BB ibu selama hamil yaitu menurut Bobak (2007) yaitu 1-2 kg selama
trimeter pertama dan kemudian 0,4 kg per minggu. Intervensi pada kenaikan BB
yang tidak sesuai dengan pola kenaikan BB berdasarkan IMT.
Intervensi
yang dapat dilakukan sebagai usaha peningkatan berat badan yang adekuat sesuai
IMT adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan
dan intervensi pada ibu hamil. Bertujuan supaya ibu hamil mengenali atau
mengubah segala kebiasan atau temuan yang dapat mengganggu status gizi dan
hasil kehamilan yang optimal; menetapkan kolaborasi tentang sasaran kenaikan
berat badan dengan batas yang dianjurkan sesuai kecepatan yang diharapkan; mempersiapkan
mental untuk menghadapi perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan yang
dapat mengganggu masuknya makanan bergizi secara optimal atau menyenangkan.
2. Memilih
makanan yang seimbang.
3. Hindari
atau batasi agen yang dapat membahayakan janin. Sebaiknya ibu hamil menghindari
minum kopi selama kehamilan. Tapi bila hamil tersebut tetap memilih minum kopi,
maka dianjurkan untuk membatasu masuknya tidak lebih dari 300 mg. Kopi yang
tidak mengandung kafein, teh atau minuman ringan dapat digunakan selama
kehamilan. Sangat dianjurkan ibu untuk berpantang alkohol.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
adalah bayi yang lahir dengan berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram
(saifuddin, 2006).
Ada beberapa cara dalam
mengelompokkan bayi BBLR yaitu :
1.
Menurut masa gestasinya :
a. Prematuritas
murni (37 minggu dan BBnya sesuai dengan BB masa gestasi (neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Bayi
Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK) terjadi pada pseudoprematur, fetal nutrision syndrom, IUGR.
2.
Menurut berat lahirnya :
a. BBLR,
berat lahir 1500-2500 gram
b. BBLR,
berat lahir < 1500 gram
c. BBLR,
berat lahir < 1000 gram
3. Patofisiologi
Janin, apabila
menghadapi kekurangan kadar substrat, baik nutrient atau oksigen, akan
beradaptasi dengan mengubah aktivitas metaboliknya agar dapat bertahan hidup.
Perlambatan pertumbuhan dan penurunan pengeluaran energi merupakan bagian
adaptasi ini.
4. Faktor
predisposisi
Faktor-faktor
predisposisi penyebab BBLR sebagai berikut:
a. Faktor
ibu, antara lain:
Gizi saat hamil yang kurang,
umur,jarak bersalin dan hamil selanjutnya yang terlalu dekat,
paritas
ibu, penyakit menahun (asma bronkiale, asimptomatok, hipertensi), gaya hidup.
b. Faktor
kehamilan, antar lain :
Komplikasi pada
kehamilan, ketupan pecah dini, hidramnion, hamil ganda (gemelli), perdarahan
antepartum.
c. Faktor
janin, antara lain :
Cacat bawaan(kelainan
kongenital), infeksi dalam rahim.
5. Komplikasi
a. Gangguan
metabolik berupa hipoglikemia dan hiperglikemia.
b. Gangguan
imuologik : rendahnya kadar Ig G gamma globulin.
c. Ikterus
(kadar bilirubin yang tinggi).
gangguan lain seperti
sindroma gangguan pernapasan, asfiksia, apneu periodik, paru belum berkembang, gangguan
jantung, gangguan pada otak, gangguan eliminasi, gangguan elektrolit.
6. Penatalaksanaan
dan Manajemen Perawatan Sehari-hari
a. Perawatan
bayi sehari-hari dan observasi tanpa bahaya yang timbul. Jaga bayi tetap
hangat, Kanguru Metode Care (KMC).
-
Nilai segera kondisi bayi tentang tanda
vital : pernapasan, denyut jantung, warna kulit dan aktivitas.
-
Bila bayi mengalami gangguan pernapasan,
dikelola gangguan pernapasan.
-
Bila bayi kejang, hentikan kejang dengan
antikonvulsan.
-
Bila bayi dehidrasi, pasang jalur
intravena, berikan cairan rehidrasi IV.
-
Bila ada penyulit lain, kelola sesuai
dengan kondisi spesifik dan komplikasinya.
b. Pemberian
minum
-
Periksa apakah bayi puas setelah menyusu
-
Catat jumlah urine setiap bayi BAK
-
Periksa saat ibu meneteki, apabila satu
payudara dihisap, ASI di payudara lain akan menetes.
-
Timbang bayi setiap hari dan catat.
-
Apabila kenaikan BB badan bayi tidak
adekuat, tangani sebagai masalah kenaikan Bbtidak adekuat.
-
Perhatikan cara pemberian ASI.
c. Berat
lahir 1750-2500 gram
-
Bayi sehat (dianjurkan bayi menyusu
lebih sering{setiap 2 jam} bila perlu)
-
Bayi sakit
(memerlukan cairan IV ) yaitu hanya memberikan cairan IV selama 24 jam pertama,
mulai memberikan minum per oral pada hari kedua atau ASI bila menunjukkan tanda-
tanda siap menyusu, jika ada halangan dalam menyusui berikan ASI perah melalui
pipa lambung.
7. Pemantauan
a. Kenaikan
BB dan pemberian minum setelah umur 7 hari.
b. Tanda
kecukupan pemberian ASI.
c. Pemulangan
bayi, apabila memenuhi kriteria :
-
Suhu bayi stabil
-
Toleransi minum per oral baik
-
Ibu sanggup merawat BBLR di rumah
-
Manajemen spesifik atau manajemen
lanjutan
Kerangka
konseptual
Faktor yang
menyebabkan BBLR :
Faktor ibu :
Umur ibu,jarak
bersalin dan hamil yang terlalu dekat,paritas, penyakit menahun,gaya hidup
|
||
Kenaikan
BB ibu selama hamil dan status gizi ibu sebelum hamil(IMT ibu sebelum hamil)
|
B
B
L
R
|
Gangguan fungsi organ:
Metabolik,
imunologik, hepar, kardiovaskuler, respirasi, dan lain-lain.
|
Faktor kehamilan:
Komplikasi
kehamilan, KPD, hidramnion, gemelli, perdarahan antepartum
|
||
Faktor janin :
Cacat bawaan, infeksi
dalam rahim
|
|
: tidak diteliti
: diteliti
Hipotesis
Hipotesis dari
artikel ini yaitu:
H0: tidak ada
hubungan antara IMT ibu sebelum hamil dan kenaikan BB ibu selama hamil dengan
kejadian BBLR.
H1: ada hubungan
antara IMT ibu sebelum hamil dan kenaikanBB ibu selama hamil dengan kejadian
BBLR.
Metodologi
penelitian
Penelitian ini
merupakan jenis penelitian analitik untuk mengetahui hubungan antara IMT ibu
sebelum hamil, dan kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR di RB
Soegiarti Surabaya. Dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional, yaitu suatu pendekatan dalam penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel hanya dilakukan
satu kali dan pada satu saat.
Rancangan bangun
penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang memungkinkan
memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa memengaruhi validitas
suatu hasil. Pada rancang bangun dengan metode Cross Sectional, maka digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1
Rancang Bangun Penelitian Hubungan IMT Ibu Sebelum Hamil, Kenaikan Berat Badan
Ibu Selama Hamil dengan kejadian BBLR di RB Soegiarti Surabaya.
Penelitian pada
hubungan antara IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR ini dilakukan di RB
Soegiarti Surabaya.
Waktu penelitian
dilakukan mulai bulan April- Juli 2013.
Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh ibu nifas dan bayi lahir antara bulan Januari
2010-Desember 2012 dengan jumlah 900 orang.
Sampel penelitian
ini adalah sebagian ibu nifas dan bayi baru lahir antara bulan April-Juli 2013
dengan jumlah 278.
Pada penelitian
ini menggunakan simple random samplingyaitu
pengambilan sampel secara acak pada tanggal 18 Juni 2013.
Kriteria Inklusi
dalam penelitian ini :
- Bayi
(bayi tunggal, normal, BBL yang dirawat dan tercatat dalam register bersalin RB
Soegiarti Surabaya.
2 - Ibu
(kehamilan normal tanpa penyulit, hamil tunggal, normal, tercatat di RB
Soegiarti Surabaya)
Variabel
bebas dalam peneliian ini adalah IMT sebelum hamil, kenaikan BB ibu selama
hamil. Variabel dependen (variabel tergantung)nya adalah kejadian BBLR.
Teknik
pengumpulan datanya adalah dengan melihat IMT ibu, kenaikan BB ibu selama hamil
dan berat lahir bayi dari rekam medik kemudian dicatat dalam lembar pengumpul
data.
Instrumen
yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar pengumpul data.
Dalam
proses teknik pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh,
antara lain: editing, coding, dan tabulating. Analisis data yang
digunakan padapenelitian adalah uji statistik chi squre dengan menggunakan program SPSS 16.0.
Etik
penelitian meliputi izin penelitian, anonimility,
dan kerahasiaan.
Hasil
Penelitian
Gambaran Umum
Lahan Penelitian
RB Soegiarti
merupakan sebuah rumah bersalin yang terletak di Jalan Raya Rungkut Kidul 40
Surabaya. Pelayanan yang dialkukan meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, imunisasi dasar pada bayi, kontrol nifas, dan pelayanan KB.
Data Umum
Tabel 4.1 Usia
Ibu Nifas Bulan April-Juli 2013 di RB Soegiarti Surabaya
Usia
(tahun)
|
Frekuensi
|
Presentase (%)
|
Usia
resiko
<20
dan >35
|
32
|
11,51
|
Tidak
resiko
20-35
|
246
|
88,49
|
Total
|
278
|
100
|
Tabel tersebut menunjukkan
bahwa 246 ibu nifas masuk dalam kategori tidak beresiko hamil.
Tabel 4.2
tingkat pendidikan ibu nifas bulan April-juli 2013 di RB Soegiarti
Tingkat
pendidikan
|
Frekuensi
|
Presentase
(%)
|
Dasar
|
72
|
25,89
|
Menengah
|
200
|
71,94
|
Tinggi
|
6
|
2,17
|
Total
|
278
|
100
|
Tabel tersebut
menunjukkan bahwa hampir seluruhnya yaitu 200 ibu nifas mempunyai tingkat
pendidikan menengah.
Tabel 4.3 IMT
Ibu Sebelum Hamil pada Ibu Nifas Bulan April-Juli 2013 di RB Soegiarti Surabaya
IMT
ibu sebelum hamil
|
frekuensi
|
Presentase
|
Rendah
|
108
|
38,84
|
Normal
|
170
|
61,16
|
Total
|
278
|
100
|
Tabel tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas memiliki IMT sebelum hamil dalam
rentang normal.
Tabel 4.4
Kenaikan BB Ibu Selama Hamil Pada Ibu Nifas Bulan April-Juli 2013 di RB
Soegiarti Surabaya
Kenaikan
BB ibu selama hamil
|
Frekuensi
|
Presen-tase
(%)
|
Rendah
|
133
|
47,84
|
Normal
|
145
|
52,16
|
Total
|
278
|
100
|
Tabel 4.4
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas mengalami kenaikan BB selama hamil
dalam kategori normal.
Tabel 4.5
Kejadian BBLR Bulan April-Juli 2013 di RB Soegiarti Surabaya
Kejadian
BBLR
|
frekuensi
|
Presentase
(%)
|
Ya
|
72
|
25,89
|
Tidak
|
206
|
74,11
|
Total
|
278
|
100
|
Tabel 4.5
menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil bayi lahir dengan BBLR dan sebagian
besar bayi lahir dengan berat badan normal.
Tabel 4.6
Hubungan IMT Ibu Sebelum Hamil dengan Kejadian BBLR Bulan April-Juli 2013 di RB
Soegiarti Surabaya
IMT
ibu sebelum hamil
|
BBLR
|
Tidak
BBLR
|
Jumlah
|
Rendah
|
32
|
76
|
108
|
Normal
|
40
|
130
|
170
|
Total
|
72
|
206
|
278
|
Tabel 4.6
menunjukkan bahwa dari 108 ibu nifas yang mempunyai IMT sebelum hamil rendah,
sebagian besar yaitu 76 ibu melahirkan bayi tidak BBLR, sebagian kecil 40 ibu
mempunyai IMT sebelum hamil normal melahirkan bayi BBLR.
Hasil uji dengan
menggunakan Chi Square didapatkan
nilai 3,84. Χ2dihitung dari program SPSS 16.0 adalah 1,28. Χ2
hitung < Χ2tabel, maka Hoditolak. Disimpulkan tidak
ada hubungan antara IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR.
Tabel 4.7 Hubungan
Kenaikan BB Ibu Selama Hamil dengan Kejadian BBLR di RB Soegiarti
Kenaikan
BB ibu selama hamil
|
BBLR
|
Tidak
BBLR
|
Jumlah
|
Rendah
|
49
|
84
|
133
|
Normal
|
23
|
122
|
145
|
Total
|
72
|
206
|
278
|
Tabel tersebut menunjukkan bahwa bahwa kenaikan BB ibu
selama hamil dalam kategori rendah sebagian kecil yaitu 49 orang, dan kategori
normal hanya sebagian kecil 23.
Hasil uji dengan menggunakan Chi Square program SPSS 16.0, X2 dihitung dari hasil analisis
data sebesar 15,91. X2 tabel adalah 3,84 diperoleh kesimpulan bahwa X2
hitung > X2 tabel, maka Ho diterima. Ini berarti
ada hubungan antara kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR.
Hubungan
IMT Ibu Sebelum Hamil, Kenaikan BB Ibu Selama Hamil dengan Kejadian BBLR.
Pada hasil uji Chi
Square pada hubungan IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR diperoleh hasil
tidak ada hubungan. Pada hasil uji Chi
Square pada hubungan antara kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR.
Hasil penghitungan Ood Ratio pada hubungan
IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR diperoleh hasil 1,368 dengan Confidence Indenval 95%. Artinya ibu dengan
IMT rendah mempunyai kemungkinan 1,368 kali untuk melahirkan bayi BBLR daripada
ibu dengan IMT sebelum hamilnya normal.
Hasil perhitungan Ood
Ratio pada hubungan kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR diperoleh
hasil 3,094 dengan Confidence Intenval 95%.
Ini artinya ibu dengan kenaikan BB rendah berdasarkan kriteria IMT memiliki kemungkinan
3,094 kali melahirkan bayi BBLR daripada ibu dengan kenaikan BB normal sesuai kriteria
IMT.
Berdasarkan table 4.6 menunjukkan bahwa dari 108 ibu nifas
yang mempunyai IMT sebelum hamil rendah, sebagian kecil 40 ibu mempunyai IMT
sebelum hamil normal melahirkan bayi BBLR.
Dari hasil uji statistic Chi Square diperoleh hasil tidak ada hubungan antara IMT ibu sebelum
hamil dengan kejadian BBLR.
Kekurangan zat gizi pada ibu dengan IMT rendah dapat juga
dikarenakan asupan nutrisi yang kurang sebelum hamil. Faktor kurangnya nutrisi dapat
dipengaruhi oleh kurangnya daya beli karena penghasilan yang rendah, Dan pengetahuan yang kurang tentang batas kenaikan
berat badan yang direkomendasikan pada ibu hamil dan ibu yang membatasi asupan makanan
karena takut berat badannya tidak kembali seperti sebelum hamil.
Faktor pendidikan ibu dapat berpengaruh terhadap
status IMT ibu sebelum hamil. Dari data umum pada tingkat pendidikan ibu diperoleh
hasil hamper seluruhnya yaitu 200 ibu memiliki tingkat pendidikan menengah. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dapat mempengaruhi status gizi karena
adanya faktor pengetahuan ibu terhadap pola pemenuhan nutrisi yang seimbang.
Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori yang ada karena
dari data umum hampir seluruhnya responden berada pada katetgori usia tidak beresiko.
Pada rentang usia ini janin intra uterine dapat tumbuh dengan optimal karena
fungsi organ reproduksi ibu dapat bekerja secara optimal dan mampu memberikan nutrisi
yang adekuat untuk pertumbuhan janin, sehingga hasil akhir kehamilan dapat diperoleh
bayi dengan berat badan normal.
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 133 orang
ibu nifas, sebagian besar 84 orang ibu nifas mengalami kenaikan BB yang rendah sesuai
kriteria IMT ibu sebelum hamil yang melahirkan bayi tidak BBLR. Dari 145 orang
ibu nifas, sebagian kecil yaitu 23 ibu nifas yang mengalami kenaikan BB selama hamil
normal melahirkan bayi BBLR.
Hasil uji statistic Chi Square diperoleh hasil ada hubungan antara kenaikan BB ibu selama
hamil dengan kejadian BBLR.
Pada penelitian ini kenaiakn BB ibu selama hamil kurang
dari kritetria kenaikan BB yang disarankan menurut IMT ibu selama hamil kemungkinan
dapat dipengaruhi berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi kenaikan BB ibu selama
hamil antara lain asupan makanan ibu yang kurang memenuhi kebutuhan ibu selama hamil.
Asupan gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya daya beli
yang tergantung pada tingkat penghasilan keluarga, semakin rendah tingkat pendapatan
keluarga maka akan semakin dayabeli yang berdampak juga pada jumlah dan variasi
makanan yang dikonsumsi, persiapan mental untuk kenaikan berat badan selama hamil
juga mempengaruhi berat lahir bayi.
Hubungan IMT ibu sebelum hamil, kenaikan BB ibu selama
hamil secara simultan tidak berpengaruh dengan kejadian BBLR. Tapi secara parsial
berpengaruh terhadap kejadian BBLR.
Hasil analisis pada pengaruh kenaikan BB ibu selama hamil
dengan kejadian BBLR menggunakan teknik uji regresi logistic ada pengaruh terhadap
kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR.
Simpulan
1. Sebagian
besar ibu nifas memiliki IMT sebelum hamil dalam rentang normal.
2. Sebagian
besar ibu nifas mengalami kenaikan berat badan selama hamil dalam kategori
normal.
3. Sebagian
besar bayi baru lahir, lahir dengan berat badan normal.
4. Tidak
ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil dengan kejadian
BBLR.
5. Ada
hubungan antara kenaikan berat badan ibu selama hamil dengan kejadian BBLR.
6. Tidak
ada pengaruh antara IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian BBLR. Ada pengaruh antara
kenaikan BB ibu selama hamil dengan kejadian BBLR.
Saran
Bagi ibu hamil: disarankan memeriksakan kehamilannya ke
fasilitas pelayanan kesehatan secara rutin sesuai jadwal.
Bagi bidan di pelayanan: bidan sebaiknya pelayanan
antenatal secara rutin dan konseling tentang pemenuhan nutrisi pada ibu hamil.
Bagi peneliti selanjutnya: dapat melakukan penelitian
lebih lanjut dengan menambah variabel paritas dan usia ibu yang dapat menyebabkan
bayi lahir dengan BBLR.
DaftarPustaka
Arikunto, Suharsini.
2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Bobak, Jensen,
Lowdermilk., 2006. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisis Keempat. Jakarta: EGC
Coad, Jane. 2006. Anatomi
dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta: EGC
Cunningham, Gary F.
2006. Obstetri William. Jakarta: EGC
Manuaba. 2009. Kuliah
Obstetri. Jakarta: EGC
Moore, Mary Courtney.
1997. Terapi Diet dan Nutrisi. Jakarta: Hipokrates
Notoatmodjo, Soekidjo.
2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Varney, Helen.,Kriebs, Jan M., Gegor, Carolyn L. 1997.
Varney’s Midwifery, Fourth edition.London: Jones and Barlett
Wiknjosastro, Hanifa(ed).
2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonO Prawirohardjo
Wiknjosastro, Gulardi. 2008. Paket
Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar.Jakata: JNPK-KR
http://www.wikipedia-indoneia/bayiberatlahirrendah.
(diakses tanggal 4 Maret 2013, pukul 15.25 WIB)
Pusat Data dan
Informasi, Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. Diakses melalui http://www.depkes.go.id
(diakses tanggal 21 Maret 2013, pukul 11.51 WIB)
http;//google.com/jokosaputroblog.wordpress.com
(diakses tanggal 16 Juli 2013, pukul 08.56)
Semoga bermanfaat.
BalasHapus